regional
Langganan

Tak Mau Rugi, Pemilik Warung di Magetan Beralih ke Cabai Kering - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Jibi Solopos Antara  - Espos.id Regional  -  Kamis, 12 Januari 2017 - 12:05 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi cabai rawit. (JIBI/Solopos/Dok.)

Pemilik warung di Magetan mencampur cabai segar dengan cabai kering.

Madiunpos.com, MAGETAN - Tingginya harga cabai rawit di pasaran yang mencapai Rp90.000 hingga Rp100.000 per kilogram membuat sejumlah pemilik warung makanan di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, beralih membeli cabai kering.

Advertisement

"Harga cabai kering hanya Rp58.000 hingga Rp70.000 per kilogram, tergantung dari kualitasnya," ujar seorang pembeli di Pasar Sayur Magetan, Suyatno, kepada wartawan, Rabu (11/1/2017). Ia mengatakan kecenderungannya membeli cabai kering karena harganya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan cabai rawit segar.

Untuk hasil masakan yang nikmat, Suyatno yang memiliki usaha warung makan tersebut mengaku mencampur cabai rawit kering dengan cabai rawit yang bagus (segar).

"Jadi kalau belanja ke pasar ya beli dua-duanya. Beli cabai rawit yang mahal dan cabai yang kering. Nanti di rumah pengolahannya dicampur," kata dia.

Advertisement

Suyatno mengaku rugi jika bahan baku masakannya hanya menggunakan cabai rawit segar yang harganya mencapai Rp100.000 per kilogram. Untuk menekan biaya produksi, ia terpaksa mencampur cabai segar dengan cabai kering.

Pedagang cabai di Pasar Sayur Magetan, Kasmilah, membenarkan jika banyak konsumennya beralih dari cabai rawit ke cabai rawit kering. Selain harganya lebih murah, cabai kering memiliki tingkat kepedasan yang sama dengan yang segar.

"Banyak yang membeli cabai rawit kering daripada cabai rawit biasa untuk memasak. Sebab harganya lebih terjangkau. Sedangkan untuk cabai merah dan keriting peminatnya sedikit," kata Kasmilah.

Advertisement

Karena banyak yang beralih ke cabai kering, makanya ia tidak pernah kulakan cabai rawit dalam jumlah besar. Jika biasanya bisa kulakan hingga 50 kilogram untuk setiap pengiriman selama dua kali dalam sepekan, sekarang hanya tinggal 20 kilogram saja.

"Selain berkurang karena tidak laku, kulakan saya yang sedikit tersebut juga dipengaruhi oleh stok dari petani yang minim akibat gagal panen," kata dia.

Ia mengaku rugi karena penjualan cabai rawit dan cabai jenis lainnya yang menurun drastis setelah harganya melonjak. Jika biasaanya ia bisa menjual hingga 30 kilogram per hari, kini hanya tinggal setengahnya.

Advertisement
Rohmah Ermawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif