regional
Langganan

HARGA CABAI : Di Sleman, Diperkirakan Tetap Tinggi Sampai Maret - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Abdul Hamid Razak Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Rabu, 11 Januari 2017 - 06:40 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi komoditas perdagangan cabai rawit (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Selisih harga dari petani ke konsumen paling tinggi sebesar 30% saja.

Harianregional.com, SLEMAN- Tingginya harga komoditas cabai diperkirakan berlangsung hingga Maret mendatang. Selisih harga dari petani ke konsumen paling tinggi sebesar 30% saja.

Advertisement

Kepala Bidang (Kabid) Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Edi Sri Harmanta menjelaskan, harga tinggi cabai terjadi akibat penurunan produksi. Hal itu disebabkan tingginya curah hujan sehingga tanaman cabai mengalami gagal panen. “Satu musim tanam cabai di Sleman hanya dapat dipanen selama sebulan saja. Normalnya bisa 16-18 kali panen selama tiga bulan dengan. Tapi sekarang hanya lima sampai tujuh kali panen saja,” katanya, Selasa (10/1).

Penurunan produksi panen tersebut, lanjutnya, terpantau sejak September 2016 lalu. Dibanding tahun 2015, kata Edi, produksi cabai selama 2016 turun. Hal itu dikarenakan luas lahan pertanian cabai berkurang sekitar 30%. Jika luas tanaman cabai selama 2015 mencapai 64 hektare, per Desember 2016 hanya tersisa 29 hektare saja. “Kami perkirakan harga tinggi cabai sampai Maret atau bersamaan dengan masa panen,” katanya.

Saat ini, katanya, wilayah Kecamatan Turi mulai masuk masa tanam cabai merah keriting seluas tujuh hektare. Menurutnya, tanaman cabai masih di kawasan tersebut tidak akan bermasalah karena kondisi tanahnya berpasir. Termasuk wilayah Kecamatan Pakem, Turi, sebagian Cangkringan dan Ngemplak. Kondisi berbeda terjadi untuk daerah yang berlempung pasir seperti Kecamatan Mlati, Seyegan serta sebagian Ngaglik dan Kalasan.

Advertisement

“Tanaman cabai di wilayah tersebut akan menyebabkan tanaman cabai cepat layu. Itu dikarenakan kondisi tanahnya cukup lembab. Makanya, untuk petani di Mlati, Seyegan serta sebagian Ngaglik dan Kalasan kami dorong untuk memanfaatkan lahan cabai secara tumpang sari dengan kacang tanah," urai Edi.

Advertisement
Advertisement
Sumadiyono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif