by I Ketut Sawitra Mustika Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Minggu, 23 April 2017 - 20:20 WIB
Diaspora Jawa di luar negeri tetap melestarikan kuliner khas tetapi yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Harianregional.com, JOGJA -- Para diaspora Jawa yang tinggal di Malaysia dan Singapura memamerkan hidangan khasnya masing-masing pada Jumat (21/4/2017). Demonstrasi memasak ini bertujuan mencari tahu perkembangan masakan Jawa di kedua negara tersebut.
Baca Juga : Para Diaspora Merasakan Jejak Nenek Moyang di Petilasan Watu Gilang
Indrata Kusuma Prijadi, Ketua panitia Javanese Diaspora Event III mengatakan orang Jawa pada masa penjajahan dikirim ke berbagai negara. Dengan dikirimnya orang Jawa, imbuhnya, otomatis masakan Jawa juga ikut tersebar. Karena itu pihaknya ingin mencari tahu apakah masakan Jawa di negara-negara tujuan para buruh Jawa telah berubah atau tetap sama.
“Ada banyak yang berubah, contoh suriname. Karena banyak bumbu-bumbu yang tidak ditemukan disana. Tapi gaya Jawanya masih ada. Contohnya soto, disana dibikin sauto. Kaledonia baru ada soun, tapi keras dan tebal banget. Harus di rebus selama lima jam,” kata Indrata Kamis (20/4/2017).
Karena banyak bumbu yang tidak ada di negara-negara tersebut maka, menurut Indrata, masakan Jawa cenderung menjadi lebih manis.
“Bumbu disesuaikan karena mereka sudah besar disana. Mereka biasanya mau yang tidak terlalu pedas.”
Hari itu ada dua masakan yang dimasak oleh ibu-ibu dari Malaysia dan Singapura dengan dibantu seorang chef. Masakan tersebut adalah sambel goreng pengantin khas Singapura dan lele penyet khas Malaysia. Menurut Sukiman Sarmani, warga negara Malaysia, lele penyet Malaysia dan Indonesia berbeda. Ia mengatakan lele penyet di Indonesia berupa lele goreng yang dihidangkan dengan sambal, tapi lele penyet Malaysia adalah lele yang dibakar dan kemudian di siram santan yang terdiri dari bumbu sere, kencur, lada putih dan sebagainya.
Sukiman menambahkan, masakan Jawa di Malaysia mengalami sedikit perubahaan karena beberapa bumbu tidak bisa ditemukan.
“Mengalami perubahaan dari bahan baku, misal daun salam. Di Indonesia daun salam banyak, kalau di sana tidak ada. Flavour daun salam jadi tidak ada lagi,” kata pria keturunan Kendal ini.
Sementara itu, menurut Sulami, seorang warga negara Singapura, masakan Jawa di Singapura tidak mengalami banyak perubahan.
“Di sana tidak banyak berubah karena para orang tua makannya harus sama seperti dengan yang di Jawa. Yang penting bagi orang Jawa di sana, kalau makan harus ada tempe, tahu, dan santen,” tutupnya.