regional
Langganan

BANDARA KULONPROGO : Tak Tahu Nama Pohon, Kualitas Petugas Tim Appraisal Dipertanyakan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Sekar Langit Nariswari Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Selasa, 3 Mei 2016 - 11:20 WIB

ESPOS.ID - Tim appraisal independent melakukan pencocokan data aset di atas lahan calon bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), Senin (2/5/2016). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Bandara Kulonprogo masuk tahapan pencocokan data aset di atas lahan calon bandara

Harianregional.com, KULONPROGO-Ketua Wahana Tri Tunggal (WTT), Martono mempertanyakan kualitas tim appraisal yang datang untuk melakukan pencocokan data dan aset di atas lahan calon bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA).

Advertisement

Pasalnya, anggota tim yang masih berstatus mahasiswa dan berusia muda mengesankan ketidakseriusan tim appraisal tersebut.

Sejumlah rumah di Dusun Sidorejo, Glagah menempelkan kertas yang berisi penolakan atas kedatangan tim appraisal yang akan melakukan pencocokan data dan penilaian aset.

Saat proses penilaian di beberapa lahan milik warga yang menyetujui, Martono mempertanyakan kapasitas tim penilai yang terdiri dari tiga orang tersebut. “Masih muda-muda sekali, baru lulus kuliah ya, ini serius atau main-main?” tanyanya kepada tim penilai tersebut.

Advertisement

Pertanyaannya ini kemudian dijawab oleh salah satu anggota tim yang membenarkan bahwa mereka baru saja lulus kuliah. Namun, anggota tim yang sama juga menyatakan bahwa mereka hanya datang untuk mencocokkan data telah dikumpulkan oleh BPN sebelumnya. Selain itu, mereka juga didampingi oleh ketua tim yang merupakan anggota tim appraisal yang berkompeten.

Martono menyatakan bahwa hal tersebut menambah kesan tidak adil. Pasalnya, ia merasa warga merupakan pemilik tanah namun tim appraisal yang menetukan harganya. Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa kompetensi tim penilai tersebut tidak diketahui oleh warga. “Mereka yang memenangkan tender, jika ditanya profesional atau tidak kami tidak tahu,” ujarnya kepada wartawan pada Senin (2/5/2016).

Keraguan Martono tersebut bukannya tidak berdasar. Pasalnya, salah satu anggota tim penilai yang lain sebelumnya tidak mengetahui jenis pohon yang ada di atas lahan warga yang sedang sedang dinilai. Anggota tim penilai tersebut tidak bisa membedakan jenis pohon jati atau melinjo dan kemudian menanyakannya kepada salah satu personil polisi yang mendampingi tim tersebut.

Advertisement

Ketika dikonfirmasi, Ketua tim appraisal dari Kantor Jasa Penilai Publik Mutaqqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun Khasanah (MBPRU), Uswatun Khasanah membenarkan bahwa tim penilai yang diturunkan ke lapangan juga terdiri dari kalangan mahasiswa baik di tingkaT sarjana atupun magister.

Namun, ia menjelaskan bahwa ketua masing-masing tim merupakan penilai publik yang terverifikasi. “Jika mencocokkan data, kira-kira semuanya bisalah,”ujarnya.

Terlebih lagi, menurutnya saat ini hanya merupakan pencocokan data lapangan dengan apa yang tertera di data BPN. Untuk penilaian harga aset sendiri akan dilakukan secara terpisah oleh sejumlah penilai publik yang kompeten dan terverifikasi.

Terkait dengan ketidaktahuan anggota tim penilai akan detail data lapangan, menurutnya hal tersebut bisa diberikan solusi dengan foto dokumentasi. “Semua lahan akan difoto sehingga akan kelihatan detailnya saat pembahasan,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa setiap bidang lahan didokumentasikan dengan banyak potret sebagai pelengkap data sehingga meminimalisasi kesalahan, termasuk tanaman yang ada di lahan tersebut dan jenis-jenisnya.

Advertisement
Nina Atmasari - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif