by Endro Guntoro Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Senin, 17 September 2012 - 19:00 WIB
GUNUNGKIDUL—Pemkab Gunungkidul pernah mengulas pusaka Cupu Panjala dalam buku berjudul “Sejarah dan Budaya Sebagai Pendukung Pariwisata di Kabupaten Gunungkidul” terbitan 1995/1996 bekerja sama dengan Kantor Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.
Dalam buku itu disebutkan awalnya cupu berjumlah lima buah masing-masing bernama Semar Kinandu, Kalang Kinantang, Klobot, Bagor dan Kenthiwiri. Namun Klobot dan Bagor tiba-tiba hilang, dan tak diketahui penyebabnya.
Buku tersebut juga menceritakan sejarah penemuan cupu. Bermula sekitar 500 tahun silam, seorang anak nelayan pergi meninggalkan rumahnya karena lapar dan dipukul ibunya yang jengkel. Anak nelayan itu meninggalkan rumah menuju pinggir pantai untuk menjala ikan. Tak disangka ia justru mendapatkan lima buah cupu tersebut.
Cupu itupun ia rawat dan mewariskannya secara turun-temurun hingga kini disimpan di rumah salah satu keturunannya, Dwijo Sumarto, warga Dusun Mendak Desa Girisekar Kecamatan Panggang, Gunungkidul. Dwijo diyakini sebagai keturunan keenam yang masih melestarikan ritual Cupu Panjala.
Tradisi pembukaan pembungkus pusaka Cupu Panjala akan digelar di rumah Dwijo, Selasa (18/8) dini hari. Ritual itu dilakukan setiap tahun tepat pada Selasa Kliwon. (ali)