by Catur Dwi Janati - Espos.id Jogja - Rabu, 12 Juli 2023 - 15:11 WIB
Esposin, SLEMAN -- Para gelandangan dan pengemis yang berada di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, diduga beroperasi secara teroganisasi. Rata-rata gelandangan dan pengemis tersebut berasal dari luar daerah.
“Iya, ada indikasi ke situ memang [terorganisasi],” kata Kepala Satpol PP Sleman, Shavitri Nurmala Dewi, Selasa (11/7/2023).
Dia menyampaikan pihaknya pernah mengamankan gelandangan dan pengemis (gepeng) dari Klaten, Magelang, bahkan ada yang dari Jawa Timur.
“Ada indikasi mereka enggak kerja sendiri. Kebanyakan dari gepeng dan anjal [anak jalanan] di Sleman itu kan bukan KTP orang Sleman. Kebanyakan orang luar [daerah],” ujar dia.
“Ada indikasi mereka enggak kerja sendiri. Kebanyakan dari gepeng dan anjal [anak jalanan] di Sleman itu kan bukan KTP orang Sleman. Kebanyakan orang luar [daerah],” ujar dia.
Menurut pengalaman Evie, pernah ada pengemis yang ditangkap karena mengaku kehabisan uang. Akhirnya petugas memulangkan pengemis tersebut ke Magelang.
"Jadi kita manusiawi enggak kemudian tanpa solusi," ungkapnya.
Para gepeng dan anjal yang tertangkap akan ditandai. Identitas mereka akan difoto sebagai data bila kembali berulah di kemudian hari.
Pada 19 Juni 2023 lalu, petugas mendatangi langsung fly over Jombor dan menemukan beberapa anjal yang sedang beristirahat dibawah fly over Jombor. Petugas lalu mendata anjal tersebut. tiga anjal tercatat berasal dari Magelang. Petugas lantas mengantar anjal ke daerah asal.
Sementara yang terbaru pada 11 Juli 2023, dari tujuh lokasi yang disatroni Satpol PP, hanya satu titik yang ditemui aktivitas pengamen. Sisanya nihil gepeng maupun anjal.
Evie menandai pada setiap Jumat akan ada banyak manusia gerobak yang mangkal di jalan utara Fakultas Biologi UGM. Mereka mengharapkan Jumat Barokah. Padahal ketika diamati, setelah bantuannya terkumpul akan dibawa pulang menggunakan motor.
"Itu kalau Jumat kan berderet-deret manusia gerobak kan. Karena dia mengharapkan Jumat Barokah," ujarnya.