regional
Langganan

Meningkat Tajam, Dinkes Madiun Catat 6 Bulan Terakhir Ada 504 Kasus DBD - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Abdul Jalil  - Espos.id Jatim  -  Jumat, 5 Juli 2024 - 17:38 WIB

ESPOS.ID - Nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD). (dok)

Esposin, MADIUN – Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Madiun mencatat terjadi tren peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) dalam beberapa waktu terakhir. Kasus DBD di Kota Madiun dalam enam bulan terakhir, Januari-awal Juli mencapai 504 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Bernacana Kota Madiun, Denik Wuryani, mengatakankasus DBD di Madiun mengalami peningkatan salah satunya karena cuaca yang tidak menentu. Berbagai cara sudah dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran DBD, salah satunya pelaksanaan fogging.

Advertisement

“Tren kenaikan kasus DBD ini tidak hanya di Kota Madiun. Trennya hampir semua daerah ada kenaikan. Makanya perlu kita tingkatkan kewaspadaan,” kata dia, Jumat (5/7/2024).

Jumlah kasus DBD dari Januari hingga awal Juli 2024 mencapai 504 kasus. Jumlah itu meningkat tajam dibandingkan kasus DBD pada tahun lalu yang hanya 144 kasus.

Dia menuturkan Kecamatan Taman menjadi wilayah yang paling banyak temuan kasus DBD, yaitu sebanyak 196 kasus. Kemudian disusul Kecamtaan Manguharjo dengan 173 kasus dan Kecamatan Kartoharjo dengan 135 kasus.

Advertisement

Lebih lanjut, Denik juga menuturkan pihaknya juga mencatat peningkatan kasus Demam Dengue (DD). Demam karena infeksi virus dengue namun biasanya hanya menimbulkan gejala ringan.

Denik menjelaskan DD merupakan tahap awal sebelum menjadi DBD. Kasus DD di Kota Madiun jauh lebih banyak, yakni mencapai 775 kasus. Rinciannya, 318 kasus di Kecamatan Taman, 246 kasus di Kecamatan Manguharjo, dan 211 kasus di Kecamatan Kartoharjo.

“Demam berdarah dengue adalah demam dengue tingkat lanjut. Sedangkan tingkatan di atasnya lagi ada DSS atau dengue shock syndrome,” terangnya yang dikutip dari siaran resmi.

Advertisement

Menurutnya, peningkatan kasus DBD memang tidak mengacu pada musim. Namun, kata dia, pada saat musim kemarau penanganannya lebih mudah karena hanya fokus pada tempat penampungan air di dalam rumah.

Sedangkan saat ini, pada saat musim kemarau ternyata masih terjadi turun hujan. Sehingga masyarakat juga harus memberikan perhatian kepada tempat-tempat penampungan air di luar lingkungan rumah.

Advertisement
Abdul Jalil - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif