regional
Langganan

Mengenal Bruno, Daerah Pegunungan yang Pernah jadi Ibu Kota Jawa Tengah - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Imam Yuda Saputra  - Espos.id Jateng  -  Selasa, 13 Agustus 2024 - 16:09 WIB

ESPOS.ID - Logo Jawa Tengah (JIBI/Antara)

Esposin, SEMARANG -- Provinsi Jawa Tengah (Jateng) akan merayakan Hari Jadi ke-79 pada 19 Agustus 2024 nanti. Sebagai salah satu provinsi terpadat di Indonesia, Jawa Tengah rupanya pernah mengalami perpindahan ibu kota. Namun bukan di kota besar, ibu kota Jawa Tengah itu justru dipindah di daerah yang terbilang pelosok dan berada di area pegunungan, yakni di Bruno, Kabupaten Purworejo.

Perpindahan ibu kota Jateng dari Semarang ke Bruno terjadi pada tahun 1948-1949. Berdasarkan buku Bunga Rampai Kisah-Kisah Kejuangan 45, perpindahan ibu kota Jateng ke Bruno karena saat itu Semarang dikuasai oleh Belanda. Bruno dipilih sebagai ibu kota karena sebelumnya digunakan sebagai markas persembunyian para pejuang kemerdekaan saat masa revolusi fisik (1945-1949).

Advertisement

Perpindahan ibu kota ini terjadi saat Jawa Tengah (Jateng) dipimpin Gubernur KRT Wongsonegoro. Keberadaan pemerintahan Provinsi Jateng di Desa Kembangan, Bruno, kala itu juga mendapat dukugan pemerintahan militer pada masa perang kemerdekaaan II. Terdapat satu batalion TNI yang membawa dua peleton dan empat kompi pasukan.

Meski demikian, status ibu kota Jawa Tengah di Bruno, Purworejo, ini tidak berlangsung lama. Keberadaan Bruno sebagai pusat pemerintahan Jawa Tengah hanya berlangsung sekitar satu tahun.

Pegunungan

Kendati demikian, pindahnya pusat pemerintahan Jateng di Bruno tersebut tergolong unik. Apalagi, Bruno hanyalah merupakan daerah kecil di Purworejo yang terletak di area pegunungan.

Diolah dari berbagai sumber, luas wilayah Bruno hanya sekitar 108,43 km persegi. Wilayah ini terbagi dalam 18 kelurahan. Bruno merupakan daerah dataran tinggi, yang mana hampir 75% daerahnya merupakan daerah pegunungan dan berbukit dengan ketinggian 200 meter hingga 1.500 meter di atas permukaan laut, serta kemiringan 2-15% pada sebagian daerah dan 40% pada daerah yang lain.

Advertisement

Sementara itu secara letak geografis, Bruno terletak di daerah pinggiran. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Wonosobo di bagian utara dan timur. Sedangkan di bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Kemiri dan Kecamatan Pituruh dan Kemiri di bagian barat.

Sedangkan berdasarkan kisah sejarahnya Bruno sendiri merupakan daerah yang sudah dikenal sejak masa perjuangan Pangeran Diponegoro. Konon, Bruno dulunya merupakan wilayah yang seluruhnya hutan belantara. Bruno juga dikisahkan menjadi lokasi persembunyian salah satu senopati Pangeran Diponegoro, Tumenggung Gajah Permada, saat dikejar Belanda.

Meski demikian, Tumenggung Gajah Permada, itu berhasil meloloskan diri dengan menggunakan kesaktiannya. Kisah keberhasilan Tumenggung Gajah Permada yang lolos dari kejaran Belanda inilah yang menjadi cikal bakal nama Bruno, yang berasal dari kata buruane ora ono atau buruan tidak ada, yang kemudian disingkat dengan nama Bruno.

Advertisement
Imam Yuda Saputra - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif