by Bernadheta Dian Saraswati Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Rabu, 8 November 2017 - 23:40 WIB
Harianregional.com, JOGJA-- Kesenjangan digital menjadi masalah yang menghambat pembentukan smart city di Indonesia. Pembangunan jaringan internet yang memadai perlu segera dilakukan agar tidak ada kesenjangan antara akses internet di satu daerah dengan daerah lain.
Rektor Universitas Multimedia Nasional (UMN), Ninok Leksono, menyampaikan terbentuknya smart city sudah menjadi wacana sejak 10 tahun lalu dan saat ini menurutnya pemerintah harus mulai fokus untuk menggarap program tersebut secara lebih serius. Hal itu penting dilakukan mengingat perkembangan teknologi digital yang semakin berkembang saat ini.
Menurutnya, jalur internet yang cepat dan ketersediaan listrik yang tidak mudah padam merupakan infrastruktur krusial yang perlu diperhatikan dalam terwujudnya smart city.
Ia berharap agar jangan sampai kemajuan teknologi tidak dirasakan nyata oleh masyarakat secara keseluruhan. “Jangan sampai ada kesenjangan digital. Misalnya akses internet Jakarta cepat sementara tidak pada kota lain,” katanya sesuai membuka Konferensi Internasional: Conmedia 2017 & Icon-Sonics 2017 di Hotel Santika, Rabu (8/11/2017).
Ia menyinggung program pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam pembangun jaringan Palapa Ring yang urung selesai sampai saat ini. Padahal menurutnya infrastruktur tersebut sangat menunjang pemerataan akses internet di semua daerah di Indonesia.
Ninok juga mengatakan, demi mewujudkan target pemerintah untuk mengadakan 100 smart city di Indonesia perlu sinergi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat. Kendati demikian, smart city memberi kesempatan bagi daerah untuk dapat berkembang secara mandiri.
Sementara itu, Ketua Acara Konferensi Internasional: Conmedia 2017 & Icon-Sonics 2017, Hugeng, mengatakan saat ini kota yang sudah dicanangkan menjadi smart city masih sebatas kota metropolis seperti Jakarta, Surabaya, Bogor, dan Bandung. Menurutnya, smart city sangat ditunjang dari teknologi. Tidak hanya teknologi dalam ekonomi tetapi juga dalam teknologi lalu lintas.
“Kebanyakan teknologi CCTV di kota hanya sekedar pemantauan, kurang pembacaan data dan pengendaliannya. Alangkah baiknya begitu masuk CCTV, langsung keluar datanya [pelanggaran lalu lintas],” katanya.