by Abdul Hamied Razak Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Kamis, 23 November 2017 - 11:24 WIB
Harianregional.com, SLEMAN- Masalah sampah dan sanitasi masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Meski ada peningkatan fasilitas, namun hal itu tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat.
Kepala Bagian Pembangunan Setda Sleman Dwi Anta Sudibyo mengatakan, permasalahan pengelolaan air limbah domestik masih menjadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan.
Beberapa persoalan yang dihadapi di antaranya, kapasitaas instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) regional yang masih terbatas.
"Ini perlu mendapat perhatian bersama, antara Pemkab dalam Kartamantul serta Pemda DIY," katanya saat membuka Seminar Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Sanitasi di Hotel Prima SR, Rabu (22/11/2017).
Selain masalah tersebut, keberadaan IPAL komunal selama ini belum optimal. Jumlah sambungan rumah (SR) yang memanfaatkan fasilitas tersebut masih belum maksimal. Kondisi tersebut salah satunya disebabkan oleh masih kesadaran masyarakat merawat IPAL.
"Termasuk pengelolaan IPAL di sekolah sangat minim, tangki septik masyarakat sebagian besar tidak pernah disedot," jelasnya.
Hingga kini, capaian pengelolaan Air limbah domestik di Sleman mengalami peningkatan. Cakupan sanitasi layak mencapai 96,07% dan prosentase sanitasi kurang layak 3,93%.
Adapun sistem SPALD-S berupa jamban pribadi capaiannya 85,22%, jamban bersama 5,53%, MCK 0,04%. Sampai tahun ini, katanya, tercatat rumah tangga pengguna jamban tidak aman sebanyak 3,93% atau 12.767 KK.
"Identifikasi jamban tidak aman masih terdapat 12.767 KK atau 3,93 persen dari total KK yang ada. Mereka tersebar di Kecamatan Seyegan, Godean, Gamping, Mlati, Depok, Turi, Tempel, Prambanan dan Minggir," jelas Dwi.