regional
Langganan

Kenapa Jogja Sekarang Sumuk Padahal Musim Hujan? Ini Penjelasan BMKG - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Jumali  - Espos.id Jogja  -  Senin, 13 Desember 2021 - 16:52 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi orang kepanasan. (Freepik)

Esposin, JOGJA — Banyak orang mengeluhkan Kota Jogja dan sekitarnya kini terasa lebih panas dan gerah alias sumuk padahal sudah memasuki musim hujan. Suhu di Kota Jogja dalam beberapa waktu terakhir berada di kisaran 30 derajat Celsius.

Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengakui ada peningkatan suhu di Kota Jogja dan sejumlah wilayah penyangganya. Peningkatan suhu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Alih fungsi lahan dan efek rumah kaca memang menjadi salah satu penyebab, namun bukan penyebab langsung.

Advertisement

"Jadi tidak secara langsung. Untuk wilayah yang pembangunannya yang pesat, juga akan berdampak pada potensi cuaca ekstrem berupa angin kencang," kata Prakirawan Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Indah Retno Wulan, Senin (13/12/2021).

Baca Juga: Gubernur DIY Pertanyakan Efektivitas Pengawasan Pelaksanaan Inmendagri

Indah menjelaskan kenaikan suhu ini tidak hanya berkaitan dengan alih fungsi lahan dan efek rumah kaca. Tapi juga dikarenakan adanya palung bertekanan rendah yang menyebabkan gangguan cuaca selama lima hari ke depan.

"Palung ini memanjang dari selatan Pulau Sumatra, Pulau Jawa, hingga Pulau Bali. Ini yang menyebabkan berpotensi hujan sedang. Terutama wilayah DIY di bagian utara dan beberapa wilayah bagian selatan. Selain itu menyebabkan masyarakat merasakan gerah dan pegap. Inilah yang dinilai oleh masyarakat cukup mengganggu," jelasnya.

Advertisement

Indah menilai kondisi ini sejatinya wajar, selama musim penghujan masih seperti itu. Sore atau malam hari potensi hujannya cukup tinggi.

Sementara disinggung mengenai potensi palung menjadi bibit siklon, Indah mengungkapkan jika tekanan rendah dari adanya palung ini berada di bawah 1.000 Hpa maka akan menjadi bibit siklon.

Baca Juga: Status Gunung Merapi Masih Siaga, Sultan: Siaga Paling Panjang

"Dan palung tekanan rendah ini akan bertahan 5 hari ke depan. Efek lain dari keberadaan palung ini membuat gelombang tinggi 3,5 meter. Bahkan tiga hari ke depan gelombang tinggi lebih dari 3,5 meter. Ini harus diwaspadai semua pihak," katanya.
Advertisement

Indah mengungkapkan sejatinya puncak hujan baru akan terjadi Januari 2022. Apalagi nanti akan ada Lanina. "Untuk itu perlu perhatian lebih ke daerah rawan genangan untuk segera dilakukan perbaikan drainasenya," jelasnya.

Advertisement
Kaled Hasby Ashshidiqy - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif