by Holy Kartika N. S Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Kamis, 25 Desember 2014 - 07:20 WIB
Harianregional.com, KULONPROGO- Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kulonprogo Bambang Tri Budi Harsono mengatakan, kakao merupakan salah satu komoditas unggulan selain cengkih, kelapa dan tebu.
Dia tak menampik, apabila kondisi perkebunan itu dari segi pertanaman maupun produksinya belum sesuai.
"Produksi kakao Kulonprogo baru sekitar 0,4 ton per hektare. Sedangkan potensinya bisa mencapai 1,5 ton per hektare," ungkap Bambang, Rabu (23/12/2014).
Bambang menambahkan, dari sisi pertanamanan, usia tanaman kakao sudah cukup tua. Maka dari itu, peningkatan sarana prasarana serta dukungan untuk petani perlu diupayakan agar sebagian besar tanaman itu dapat dilakukan peremajaan.
Apalagi, lanjut dia, kakao bagi sebagian penduduk di kawasan pegunungan belum menjadikan kakao sebagai sumber pendapatan utama.
Sementara itu, dari segi potensi kakao masih memiliki cukup ruang untuk dikembangkan. Terutama untuk dikembangkan di Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Samigaluh dan Kecamatan Kokap.
"Tahun depan kami akan coba dorong pengembangan komoditas ini. Harapannya dimungkinkan bisa mendapatkan label Standar Nasional Indonesia [SNI], sehingga harganya bisa lebih tinggi. Kalau sudah ber SNI harganya bisa sampai Rp30.000 per kilo," papar Bambang.
Bambang menambahkan, untuk dapat mencapai itu, ke depan akan dikembangkan juga Desa Kakao. Pilot project yang pembentukan desa ini akan difokuskan di Desa Banjaroyo, Kalibawang.
"Jadi perlu dipersiapkan dari hulu ke hilir. Saat ini ada empat dusun yang mulai dikordinasikan," kata Bambang.