by M Faisal Nur Ikhsan - Espos.id Jateng - Selasa, 23 Mei 2023 - 15:28 WIB
Esposin, SEMARANG -- Sejumlah komoditas di sektor perkebunan di Jateng dinilai masih memiliki prospek ekonomi yang cerah jika digarap dengan optimal. Sejumlah komoditas perkebunan itu, seperti tebu, kelapa, tembakau, dan vanili.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jateng, Cisilia Sunarti, seperti dikutip dari Bisnis.com, Rabu (17/5/2023). Berikut ini ulasan masing-masing komoditas perkebunan yang dinilai masih prospektif tersebut.
Dalam dokumen Rencana Kerja Distanbun Provinsi Jawa Tengah Tahun 2024, capaian panen untuk komoditas tebu pada 2022 ditargetkan bisa menyentuh angka 2.877.700 ton tebu.
Sesuai hasil Rakor Evaluasi Giling Tebu dengan semua Pabrik gula yang mengolah tebu dari Jawa Tengah pada tanggal 21 November 2022 terdata telah memenuhi target sebesar 123,8 persen, di mana realisasinya sebesar 3.562.572,79 ton tebu.
Sesuai hasil Rakor Evaluasi Giling Tebu dengan semua Pabrik gula yang mengolah tebu dari Jawa Tengah pada tanggal 21 November 2022 terdata telah memenuhi target sebesar 123,8 persen, di mana realisasinya sebesar 3.562.572,79 ton tebu.
Namun demikian, peluang pada komoditas kelapa itu bukannya tanpa tantangan. Petani mesti bertaruh risiko ketika memanen kelapa dengan pohon yang tingginya bisa mencapai puluhan meter. Guna meminimalisasi risiko itu, pemerintah telah gencar menawarkan bantuan kelapa genjah yang pohonnya pendek dan cepat berbuah.
Produk turunan kelapa ini banyak sekali. Di antaranya santan, kelapa muda yang harganya lebih tinggi. Ada juga daerah yang menjadi sentra-sentra perkebunan kelapa sebagai bahan baku pembuatan gula kelapa, baik gula cetak maupun gula semut.
Sementara itu, target produksi komoditas kelapa pada 2022 berhasil terlampaui, yakni menembus angka 170.061 ton kelapa. Peningkatan produktivitas tersebut diklaim sebagai hasil dari inisiasi dan perkenalan varietas kelapa genjah dan kelapa hibrida kepada petani di Jateng.
Pesanan bahkan datang tak cuma dari dalam negeri, namun hingga pasar mancanegara. Di sisi lain, tantangan produksi vanili berada pada penanganan pascapanen.
"Petani bisa menjual vanili segar karena proses pengeringan itu membutuhkan kain hitam, harus higienis, dan seterusnya. Kalau di tingkat petani sepertinya kesulitan, meskipun ada yang bisa tetapi hanya beberapa saja," kata Cisilia.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Sektor Perkebunan Jawa Tengah Masih Potensial