regional
Langganan

Ini Dia Jamu Jun, Kuliner Khas Semarang yang Diburu Saat Musim Penghujan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Imam Yuda Saputra  - Espos.id Regional  -  Senin, 21 Oktober 2019 - 16:50 WIB

ESPOS.ID - Kuliner khas Kota Semarang, Jamu Jun. (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)

Semarangpos.com, SEMARANG — Mendengar nama jamu, konotasi kita akan langsung mengarah kepada suatu minuman yang pahit. Namun di  Semarang ada sebuah kuliner yang menggunakan nama jamu tapi tidak terasa pahit, yakni jamu Jun.

Bagi sebagian besar warga asli Kota Semarang nama jamu Jun memang sudah tidak asing. Minuman yang kaya rempah-rempah itu bahkan dipercaya ampuh mengusir masuk angin dan perut kembung.

Advertisement

Minuman ini terbuat dari tepung beras, jahe, kayu manis, kapulaga, gula aren, santan, dan daun pandan. Ketika disajikan diberi sedikit taburan bubuk merica, sehingga membuat rasanya gurih dan manis, serta pedas di tenggorokan. Ketika ditelan, ada sensasi hangat di dalam perut sehingga cocok dinikmati ketika musim hujan atau cuaca dingin.

Di dalam penyajiannya, jamu Jun juga terdapat bola-bola kecil mirip ronde yang disebut krasikan. Krasikan terbuat dari beras ketan dan kelapa parut yang disangrai, kemudian dicampur dengan gula pasir atau gula aren, santan, dan vanili.

Advertisement

Di dalam penyajiannya, jamu Jun juga terdapat bola-bola kecil mirip ronde yang disebut krasikan. Krasikan terbuat dari beras ketan dan kelapa parut yang disangrai, kemudian dicampur dengan gula pasir atau gula aren, santan, dan vanili.

Meski masuk dalam kategori minuman, kandungan air jamu Jun sangat sedikit. Bentuk jamu Jun justru cenderung kental seperti bubur.

Sri Sugiharti, saat menyajikan jamu Jun buatannya di warungnya yang terletak di Jl. Lamper, Kota Semarang, beberapa waktu lalu. (Semarangpos.com-Imam Yuda S.)
Advertisement

Seorang penjual jamu Jun yang dijumpai Semarangpos.com di Jl. Lamper, Sri Sugiharti, Minggu (20/10/2019), mengaku sudah berjualan sejak 2006 lalu. Resep jamu Jun diperoleh secara turun temurun dari sang kakek.

Dulu jamu Jun dijajakan secara keliling seperti jamu gendong. Namun karena tidak ada regenerasi, lama-kelamaan penjual jamu Jun pun berkurang.

“Tapi sekarang mulai banyak lagi. Tapi tidak dijual keliling. Dijajakan di warung-warung, bahkan pas CFD [car free day] juga ada,” ujar Sri.

Advertisement

Di warungnya, Sri menyajikan jamu Jun dengan menggunakan mangkuk kecil. Satu mangkuk kecil jamu Jun dibanderol dengan harga Rp6.000.

Selain menjual jamu Jun, di warung tersebut Sri juga menjual minuman tradisional lain, yakni es gempol pleret.

Pengamat kuliner Semarang dari komunitas Brotherfood , Firdaus, mengatakan ciri khas jamu Jun adalah wadahnya. Jamu Jun disimpan diwadah berupa gentong yang terbuat dari tanah liat yang berleher sempit agar suhu hangat jamu tidak pudar.

Advertisement

“Nah, orang zaman dulu menyebut wadah dari tanah liat itu dengan sebutan ‘jun’. Kalau di Kudus, namanya beda lagi, yakni ‘coro’. Maka orang Kudus biasa menyebutnya dengan jamu Coro,” terang Firdaus.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Rahmat Wibisono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif