regional
Langganan

Harga Salak Jatuh Hingga Rp1.600 Per Kg, 400 Petani Minta Solusi - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Abdul Hamid Razak Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Senin, 10 Juli 2017 - 22:20 WIB

ESPOS.ID - Foto Ilustrasi Salak (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harga komoditas salak anjlok. Penyebabnya dikarenakan membanjirnya komoditas tersebut di pasaran

 

Advertisement

Harianregional.com, SLEMAN- Harga komoditas salak anjlok. Penyebabnya dikarenakan membanjirnya komoditas tersebut di pasaran. Saat ini harga salak berkisar antara Rp1.600 perkg hingga Rp3.000 perkg.

Kondisi tersebut berlangsung lama sehingga merugikan kalangan petani salak. Untuk mengangkat kembali harga komoditas tersebut di kalangan petani, Selasa (11/7/2017) sekitar 400 petani salak dari Turi akan mendatangi Pemkab Sleman.

Kepala Desa Wonokerto Turi Tomon Haryo Wirosobo yang akan mendampingi para petani salak tersebut mengatakan kedatangan mereka ke Pemkab pagi ini bukan aksi demo. Mereka hanya ingin bersilaturahmi dengan Bupati dan meminta solusi terkait anjloknya harga salak itu.

Advertisement

"Jadi bukan demo tetapi silaturahmi dengan bupati mencari solusi bagaimana harga salak tidak seperti sekarang," ujarnya kepada Harianregional.com, Senin (10/7/2017).

Tomon menjelaskan, anjloknya harga salak terjadi karena sekitar tahun 1990an pengiriman bibit salak ke luar daerah tidak terkendali. Kondisi tersebut berdampak pada harga komoditas salak petani asal Sleman. "Saat daerah lain yang menanam bibit salak asal Sleman produksi atau panen, hasilnya juga dipasarkan ke Sleman," terangnya.

Akibat banyaknya salak pondoh yang dipasarkan di Sleman, harga komoditas tersebut pun anjlok. Harga terendah beberapa hari lalu, kata Tomon, menyentuh Rp1.600 perkg. Harga tersebut sangat tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani. Padahal, salak pondoh asli Sleman satu-satunya salak yang sudah mengantongi HAKI.

Advertisement

Salah seorang petani Anhar Widodo, warga Dusun Gabugan, Donokerto, mengatakan, selain kesulitan pemasaran harga jual produk salak asli Sleman juga tidak sebanding dengan harga salak pondoh kiriman dari luar daerah.

Kondisi tersebut berdampak sampai saat ini petani tidak bisa menikmati hasil panennya. "Bahkan pada Maret lalu harga jual salak Rp900 per kg. Ini karena membanjirnya komoditas salak di pasaran saat panen," keluhnya.

Hal senada disampaikan Prayitno warga Arjosari Wonokerto. Menurutnya, meski sama-sama salak pondoh namun kualitas salak pondoh yang ditanam di Turi lebih baik dibandingkan dari daerah lain. Dia mengakui, jatuhnya harga salak disebabkan terjadinya panen raya tahun ini.

"Jadi produksi salak melimpah. Satu sisi, memang banyak yang beli karena pasokan melimpah. Tapi disisi lain, petani tidak bisa mendapat keuntungan karena biaya produksi lebih besar," jelas dia.

Dia berharap, Pemkab memberikan solusi terkait masalah tersebut. Dengan begitu baik petani, pedagang maupun konsumen juga sama-sama untung menikmati panen salak. "Kalau seperti saat ini meskipun pasokan ke pedagang lancar kasihan petaninya tidak dapat menikmati hasil panen," katanya.

Advertisement
Nina Atmasari - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif