regional
Langganan

HARGA KEDELAI MELAMBUNG : Perajin Tahu Tempe Jogja Mulai Gerah - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Holy Kartika N.s Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Senin, 2 September 2013 - 18:04 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi perdagangan kedelai (Dok. Solopos.com)

ilustrasi

Harian Jogja.com, JOGJA–Tingginya harga kedelai impor akibat naiknya kurs dolar mulai membuat perajin tahu tempe gerah. Para perajin yang tergabung dalam Koperasi Tahu Tempe Jogja menyatakan siap menyampaikan aspirasinya dalam aksi mogok para perajin tahu tempe di Jakarta.

Advertisement

“Kami rencana mau iku aksi, tapi Selasa (3/9/2013) besok baru akan kami rapatkan. Kami ingin ketegasan pemerintah untuk stabilisasi harga kedelai secepatnya,” ujar Ketua Primer Koperasi Tahu Tempe Jogja, Muryanto, saat dihubungi Harian Jogja.com, Senin (2/9/2013).

Muryanto mengungkapkan, rapat terakhir dengan pihak Bulog menyatakan, Peraturan Presiden (Perpres) untuk impor kedelai dari Amerika Serikat sudah turun. Namun, hingga saat ini realisasinya masih belum terlaksana. Akibatnya, harga kedelai di pasaran yang tinggi mulai mempengaruhi produksi para perajin tahu tempe.

Kondisi ini semakin menghimpit para perajin tahu tempe. Pasalnya, harga kedelai yang saat ini mencapai Rp9.000 sampai Rp9.500 per kilogram mulai mengganggu produksi. Para perajin mulai mengurangi produksinya. Misalnya setiap hari dapat memproduksi dua kuintal kedelai untuk diproses jadi tahu atau tempe. Kini hanya mampu memproduksi satu kuintal saja setiap harinya.

Advertisement

Sebelumnya koperasi ini juga menyediakan kedelai impor untuk para perajin di wilayah kota Jogja. Sayangnya, saat ini sudah tidak ada lagi kedelai impor yang tersedia. Pasalnya, kedelai yang ada dipasaran sudah dikuasai oleh importir.

“Harganya sudah kalah, karena kalau bisa ambil kedelai dari importir dengan harga rendah. Harga jual dari koperasi bisa jatuh. Kalau impor jadi dilaksanakan, kami harap kedelai impor tersebut dikelola oleh Builog. Bila tidak akan sama saja, dari importir akan tetap tinggi walaupun bea masuknya tidak dikenakan,” papar Muryanto.

--

Advertisement
Advertisement
Yudi Kusdiyanto - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif