by David Kurniawan - Espos.id Jogja - Minggu, 19 Juni 2022 - 14:49 WIB
Esposin, GUNUNGKIDUL -- Empat warga di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, meninggal dunia karena terjangkit leptospirosis. Sedangkan kasus warga yang terjangkit leptospirosis hingga pertengahan Juni 2022 sebanyak 22 orang.
Jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam rentang waktu lima tahun terakhir. Data dari Dinas Kesehataan Gunungkidul, sejak 2018-2021, dalam setahun kisarannya paling banyak terjadi tahun lalu dengan jumlah 17 kasus dan empat orang meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty, mengatakan tren kasus leptospirosis mengalami peningkatan. Menurut dia, selama turun hujan, penyakit ini masih bisa bertambah.
Hal ini sejalan dengan adanya fenomena kemarau basah sehingga masyarakat, khususnya warga yang bekerja di sektor pertanian agar lebih berhati-hati terhadap penyebaran penyakit ini. Terlebih lagi, media penularan menggunakan air yang diduga tercampur dengan air kencing tikus.
Hal ini sejalan dengan adanya fenomena kemarau basah sehingga masyarakat, khususnya warga yang bekerja di sektor pertanian agar lebih berhati-hati terhadap penyebaran penyakit ini. Terlebih lagi, media penularan menggunakan air yang diduga tercampur dengan air kencing tikus.
Baca Juga: Gelapkan Kendaraan & Terlibat Asusila, 3 PNS Gunungkidul Dinonaktifkan
“Kalau masih hujan maka sangat berpotensi terjadi penularan,” kata Dewi, Minggu (19/6/2022).
Adapun pada 2021, hanya ada 17 kasus, dengan korban meninggal empat orang.
“Tertinggi masih di 2017 dengan 64 kasus dan 17 orang meninggal dunia. Tapi memang, sekarang ada tren kenaikan dan jumlah kasusnya masih bisa bertambah,” ungkapnya.
Baca Juga: Mesum di Parkiran Masjid Gunungkidul, Sepasang Remaja Digerebek Warga
Untuk sebaran kasus, Dewi belum bisa memaparkan secara rinci. Meski demikian, warga yang terjangkit didominasi oleh petani.
“Rincian kasus ada di bidang, saya tidak hafal. Yang jelas, kasus didominasi di wilayah pertanian,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi, mengatakan belum menerima data dari Dinas Kesehatan berkaitan dengan korban leptospirosis yang didominasi oleh petani. Menurut dia, untuk mengetahui pasti penularan dibutuhkan kajian karena di berbagai tempat bisa menjadi sumber penyebaran penyakit.
Baca Juga: Dihantam Gelombang Tinggi, Talut di TPI Baron Gunungkidul Jebol
“Bisa saja di pasar, di rumah, sawah atau tempat lain. Rasanya, masih butuh didalami,” katanya.
Meski demikian, Rismiyadi berkomitmen untuk berpartisipasi dalam penanggulangan. Salah satunya optimalisasi terhadap pengendalian hama tikus yang diduga menjadi sumber penyebaran leptospirosis.
“Berbagai langkah preventif kami lakukan. Mulai dari pengamatan hama di lapangan hingga pelepasliaran burung hantu Tyto Alba yang berfungsi untuk mengurangi populasi tikus di sawah,” katanya.
Berita ini telah tayang di Harianregional.com dengan judul Gawat, Kasus Leptospirosis di Gunungkidul Melonjak! 4 Warga Jadi Korban