regional
Langganan

Undip Benarkan Pernah Ada Perundungan di PPDS, 3 Mahasiwa Dikeluarkan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Adhik Kurniawan  - Espos.id Jateng  -  Sabtu, 24 Agustus 2024 - 15:34 WIB

ESPOS.ID - More than just publish.

Esposin, SEMARANG – Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, tak menampik bahwasanya pernah ada dugaan perudungan atau bullying di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Bahkan, total sudah ada tiga mahasiswa dikeluarkan sepanjang 2021 sampai 2023 lalu.

Kepala Kantor Hukum Undip Dr Yunanto, mengatakan bahwa Undip sudah memiliki mekanisme penegakan aturan, termasuk soal perundungan. Ia menegaskan, sanksi terberat bagi pelaku perundungan di kampus tersebut adalah dikeluarkan.

Advertisement

“Karena di Undip ada norma-norma yang harus ditaati peserta didik. Mahasiswa diatur kode etik. Perundungan bisa masuk ke pelanggaran akademik atau kekerasan seksual,” tegas Yunanto saat jumpa pers di auditorium Fakultas Kedokteran (FK) Undip Kampus Tembalang, Semarang, Jumat (23/8/2024).

Undip pun mengaku pernah menerapkan sanksi paling ringan, yakni teguran. Sedangkan paling berat terhadap pelanggar aturan, yakni dikeluarkan, termasuk di PDSS Undip.

Advertisement

Undip pun mengaku pernah menerapkan sanksi paling ringan, yakni teguran. Sedangkan paling berat terhadap pelanggar aturan, yakni dikeluarkan, termasuk di PDSS Undip.

“Di PDSS ada tiga mahasiswa dikeluarkan. Tahun 2021 ada satu orang, 2023 ada dua orang,” bebernya.

Kendati menyampaikan ada yang pernah dikeluarkan, akan tetapi Yunanto enggan menjelaskan bentuk pelanggaran berat yang dimaksud.

Advertisement

“Kami berkomitmen menegakkan aturan dan norma yang harus diikuti semua civitas akademika Undip,” ujarnya.

Lebih jelasnya, terkait penegakan hukum atau norma itu, terang Yunanto, diawali dengan pencegahan atau antisipasi.

Sehingga pada Agustus 2023 sudah ada gerakan “zero bullying” yang ditindaklanjuti pakta integritas pada Januari 2024.

Advertisement

“Pakta integritas ini ditandatangani dosen dan peserta didik, termasuk di PPDS. Bahkan, awal kuliah, mahasiswa baru PPDS diberi sosialisasi mengenai aturan dan sanksi pelanggaran,” terangnya.

Sementara terkait sanksi terhadap pelanggaran, lanjut Yunanto, yang bersifat ringan bisa diselesaikan cukup di tingkat fakultas. Sementara pelanggaran sedang dan berat ditangani oleh tim yang dibentuk di tingkat universitas.

Sementara itu, Dekan FK Undip, Dr. dr. Yan Wisnu Prajoko, menegaskan bahwa “zero bullying” merupakan komitmen utamanya untuk menciptakan kampus yang bersih dari segala bentuk perundungan.

Advertisement

Di beberapa sudut kampus FK Undip juga terpasang poster-poster berukuran besar yang bertuliskan “Zero Bullying” sebagai komitmen untuk mencegah terjadinya perundungan.

“Saya baru dilantik sebagai Dekan FK pada 15 Januari 2024. Saya sangat ‘concern’ [dengan ‘zero bulling’]. Kira-kira itu program utama saya. Saya bukan orang yang tertutup dan memiliki program untuk membersihkan,” kata Yan.

Meski begitu untuk kasus meninggalnya Dokter ARL, 30, Yan mengatakan hasil investigasi internal yang dilakukan tim memang tidak menemukan adanya perundungan yang menyebabkan meninggalnya korban.

Selain itu, ia juga mempersilakan bagi para mahasiswa yang merasa mendapatkan perundungan dan perlakuan sejenisnya bisa melaporkan langsung.

“Sudah dipasang tulisan-tulisan ‘Zero Bullying’ di kampus. Siapa yang merasa dirundung, siapapun, bisa [scan] QR itu, tulis bentuk perundunganya apa, atau kalau ada bukti. Itu langsung ke desk saya,” tuturnya.

Advertisement
Mariyana Ricky P.D - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif