regional
Langganan

SUKSESI PAKU ALAM : Kyai Manik Kumolo Jadi Rebutan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Ujang Hasanudin Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Sabtu, 5 Desember 2015 - 09:20 WIB

ESPOS.ID - Sejumlah abdi dalem Kadipaten Pura Pakualaman mencuci empat buah kereta kuda dalam upacara tradisi jamasan di Dalem Seworenggo, Kompleks Pura Pakualaman, Jogja, Jumat (22/11/2013). Empat kereta yang dijamas yaitu Kyai Manik Kumolo, Nyai Rara Kumenyar, Kyai Brajanala dan Nyai Manik Braja. Keempatnya terakhir digunakan dalam kirab upacara penobatan Paku Alam IX pada 31 Mei 1999. Selain membersihkan jamasan juga memiliki makna merawat dan memantau kerusakan agar dapat segera diupayakan tindakan reparasi dan restorasi. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Sukses Paku Alam masih saja bergulir.

Harianregional.com, JOGJA-Kadipaten Puro Pakualaman kembali memanas setelah pihak Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo (KBPH) Prabu Suryodilogo mengambil kereta Kyai Manik Kumolo dari Museum Patri Pakualaman. Kubu Anglingkusumo menganggap pengambilan kereta yang akan digunakan untuk kirab PA X itu bagian dari pencurian.

Advertisement

"Kalau orang baik-baik mestinya [mengambil kereta] pakai tata Krama," kata Anglingkusumo, di Puro Pakualaman, Jumat (4/12/2015). (Baca Juga : SUKSESI PAKU ALAM: Suryodilogo Tak Diizinkan Naik Kyai Manik Kumolo)

Menurut menantu Anglingkusumo, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Wiroyudho, empat kereta yang tersimpan di Museum Patra diambil paksa oleh sejumlah abdi dalem kubu Suryodilogo pada Kamis (3/12/2015) siang, sekitar pukul 13.30 WIB.

Bahkan, kata dia, pintu museum rusak karena proses pengambilan kereta dilakukan dengan menggergaji kunci museum. Ia menyangkal jika kubu Suryodilogo sudah mengajukan surat peminjaman kereta, pekan lalu. Faktanya, kata dia, surat pengajuan peminjaman kereta baru dikirimkan tepat satu jam sebelum peristiwa pembobolan museum.

Advertisement

Menurut Wiroyudho, semestinya peminjam kereta menunggu surat jawaban dari pengelola museum. Hal itu demi menjaga semua pusaka Pakualaman terawat dengan baik.

"Bukan dengan cara membobol. Ini tindakan yang memalukan dan pengecut," ucapnya.

Atas peristiwa tersebut, Wiroyudho berencana melaporkannya ke penegak hukum, karena terkait dengan perusakan museum sebagai bagian dari cagar budaya yang harus dilindungi. Meski dirinya belum yakin bahwa polisi berani menindaklanjuti kasus tersebut.

Advertisement

Anglingkusumo menambahkan bahwa kasus pengambilan paksa kereta dari museum Puro Pakualaman ini merupakan yang kedua kalinya.

"Pertama dulu pak Ambar [almarhum PA IX Ambarkusumo] juga begitu," katanya. (Baca Juga : PENOBATAN PA X : Sudah Legal, Tak Perlu Rembuk)

Ia menyayangkan tindakan yang dilakukan pihak Suryodilogo. Padahal, menurutnya, kirab bukan bagian dari tradisi Kadipaten Pakualaman ketika raja naik tahta. Tradisi kirab Paku Alam dimulai oleh PA IX Ambarkusumo.

Empat kereta yang diambil kubu Suryodilogo adalah Kereta Kyai Manik Kumolo, Kereta Kanjeng Nyai Rara Kumenyar, Kanjeng Nyai Manik Braja, dan Kanjeng Kyai Branala.

Advertisement
Mediani Dyah Natalia - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif