regional
Langganan

Semarang Sumuk, BMKG: Suhu Udara Masih Wajar - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Imam Yuda Saputra  - Espos.id Jateng  -  Senin, 13 Mei 2024 - 16:51 WIB

ESPOS.ID - Ilustasi mengalami gerah saat suhu udara panas. (Freepik.com)

Esposin, SEMARANG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan suhu udara atau cuaca panas yang melanda wilayah Semarang dan sekitarnya beberapa hari terakhir masih dalam taraf normal.

Dikutip dari akun Instagram @cuaca_regional, suhu udara di Semarang dalam 10 hari terakhir berkisar antara 32,4 derajat Celcius hingga 35,2 derajat Celcius. Hal itu pun membuat kondisi cuaca di Kota Semarang terkesan panas dan gerah atau sumuk.

Advertisement

Meski demikian, BMKG melihat hal itu masih tergolong wajar. Bedasarkan data BMKG, suhu udara rata-rata maksimum tertinggi bulan Mei, selama 30 tahun, mencapai 36 derajat Celcius.

"Sehingga yang terjadi saat ini di Semarang bukan merupakan fenomena gelombang panas, melainkan fenomena kondsi suhu panas atau terik dalam skala variabilitas harian," tulis BMKG melalui akun @cuaca_regional.

 

Advertisement

Advertisement

View this post on Instagram

 

A post shared by Stasiun Meteorologi Ahmad Yani (@cuaca_regional)

BMKG menambahkan fenomena suhu panas yang terjadi akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan. Kondisi gerah yang dirasakan warga Semarang, menurut BMKG merupakan sesuatu yang umum terjadi pada peralihan musim hujan ke musim kemarau.

"Karena faktor Heat Indeks yang meningkat jadi panas yang terasa menjadi lebih. Suhu panas ini akan turun seiring Ketika sudah memasuki musim kemarau pada bulan Juni-Juli tahun 2024," imbuhnya.

BMKG pun memastikan cuaca panas yang terjadi belakangan ini tidak hanya dirasakan warga Semarang. Cuaca panas juga terjadi di daerah lain seperti Medan, Sumatra Utara, yang suhunya mencapai 37 derajat Celcius dan Saumlaki, Maluku, mencapai 37,8 derajat Celcius pada 21 April lalu.

Meski demikian, fenomena suhu panas yang terjadi di Indonesia ini berbeda dengan fenomena gelombang panas (heatwave) yang terjadi di sejumlah negara Asia seperti Myanmar yang mencapai 48,2 derajat Celcius, Thailand 44,2 derajat Celcius, Kamboja 44 derajat Celcius, dan Filipina 47 derajat Celcius.

"Gelombang panas terjadi karena tiga faktor, yakni gerak semu matahari di wilayah Asia Tenggara daratan, anomali iklim Elnino, dan pengaruh pemanasan global. Wilayah Indonesia yang berada di dekat equator dan memiliki geografis kepulaian dengan perairan luas membuatnya tidak mengalami gelombang panas," tulis akun @cuaca_regional.

Sebelumnya, banyak masyarakat Kota Semarang maupun netizen yang mengeluhkan cuaca panas di Kota Semarang. Cuaca panas itu membuat Semarang terkesan gerah dan tidak sejuk hingga malas untuk beraktivitas di luar ruangan.

 
Advertisement
Imam Yuda Saputra - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif