by Newswire - Espos.id Regional - Sabtu, 27 Maret 2021 - 20:23 WIB
Esposin PROBOLINGGO -- Setelah penolakan impor beras, penolakan impor garam juga belakangan ikut bergaung. Adalah petani garam Probolinggo yang menyuarakan penolakan impor garam. Pasalnya, stok garam di Probolinggo melimpah ruah.
Stok ini merupakan sisa panen dua tahun lalu di tingkat petambak garam yang belum terjual. "Stok garam sisa panen tahun sebelumnya masih ada dan belum terjual. Total mencapai 2.000 ton lebih garam tersimpan di rumah-rumah petambak garam di wilayah Probolinggo Raya. Untuk itu kami menolak rencana pemerintah impor garam sebanyak 3 juta ton," ujar Ketua Paguyuban Petambak Garam Probolinggo, Buhar, di Probolinggo, Sabtu (27/3/2021).
Buhar mengaku sering didatangi para petani garam. Mereka juga mengeluh dan menolak rencana pemerintah impor garam. Karena, jika impor dilakukan, akan sangat merugikan petambak garam. Jika impor dilakukan, Buhar khawatir akan terjadi penumpukan stok garam. Selain itu, Buhar menyebut harga garam bisa anjlok.
Baca juga: Ironi Indonesia, Negara Maritim yang Selalu Impor Garam
Tak hanya itu, Buhar mencontohkan lahan tambak garam di Dusun Girsiring, Desa Pajurangan, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo juga telah dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya. Sudah 5 bulan sejak memasuki musim penghujan, petani garam menghentikan semua produksinya. Bahkan, tambak garam di Probolinggo sudah tak berproduksi sejak Oktober 2020 sampai Maret 2021. Diperkirakan baru akan bisa berproduksi pada Mei 2021.Saat di beberapa daerah harga garam anjlok, tidak di Kabupaten Probolinggo. "Sudah 5 bulan tidak produksi tambak garamnya, karena musim hujan. Nanti Mei masuk musim kemarau baru produksi garam kembali. Harga garam di Probolinggo masih stabil mencapai Rp600 - Rp700 per kilogramnya. Untuk kualitas premium. Dan harga Rp1000 rupiah per kilogramnya. harga tersebut membuat petani garam sejahtera," ungkap Buhar.
Baca juga: Cerita Warga Paranggupito Wonogiri Bikin Garam dari Air Laut Selatan di Masa Lalu