by Abdul Jalil - Espos.id Jatim - Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:36 WIB
Esposin, MADIUN – Berangkat dari keperihatinan peternak yang kesulitan dan keberatan dalam memenuhi kebutuhan pakan ternaknya, produsen alat-alat pertanian di Mlilir, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, menciptakan alat pembuat pelet atau pakan ternak.
Pemilik produsen alat dan mesin pertanian (alsintan) Zaaga Madiun, Agus Zamroni, mengatakan dirinya kerap menemui peternak yang kesulitan untuk membeli pelet bagi ternak-ternaknya. Hal ini karena harga pelet juga tidak murah. Sehingga para peternak ini hanya memberikan makan ternaknya berupa pakan seadanya, tanpa diperhatikan nutrisinya.
Agus menuturkan sebenarnya saat ini sudah banyak alat pembuat pelet yang ada di pasaran, namun kebanyakan merupakan impor dari luar negeri. Atas kondisi itu, pihaknya merancang alat pembuat pelet yang bisa dimanfaatkan oleh para peternak dalam memenuhi kebutuhan pangan ternaknya.
“Melihat harga pakan ternak yang semakin mahal. Produk-produk pakan ternak juga diproduksi oleh kartel-kartel besar. Atas kondisi itu, saya pikir kita bisa membikin alat yang digunakan untuk membuat pelet, sehingga peternak bisa memproduksi pakan ternak sendiri,” kata dia, Senin (12/8/2024).
“Melihat harga pakan ternak yang semakin mahal. Produk-produk pakan ternak juga diproduksi oleh kartel-kartel besar. Atas kondisi itu, saya pikir kita bisa membikin alat yang digunakan untuk membuat pelet, sehingga peternak bisa memproduksi pakan ternak sendiri,” kata dia, Senin (12/8/2024).
Agus menuturkan alat pembuatan pelet tersebut saat ini sedang proses pengembangan di pabriknya di Mlilir. Pihaknya akan membuat beberapa tipe tergantung kapasitas. Namun, untuk yang paling murah yakni di harga Rp5 juta per unit memiliki kapasitas 30 kilogram per jam.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak, kata dia, para peternak bisa mengkreasikan pakan sendiri dengan mencampurkan bahan pangan.
“Misalnya peternak mempunyai formulasi sendiri untuk pelet yang bagus bisa dibuat menggunakan alat ini. Seperti mencampurkan katul, jagung, konsentrat, serat, daun hijau berapa untuk mendapatkan gizi-gizi tertentu sesuai keinginan peternak,” terang Agus.
Alat yang dibuat ini tidak menggunakan bahan bakar minyak, tetapi menggunakan tenaga listrik. Sehingga bisa dipastikan hasil olahan pelet tidak terkontaminasi oksidasi dari polutan. Sedangkan mesin dinamo dalam alat tersebut yang digunakan hanya antara 1 Hp sampai 3 Hp.
Sedangkan ongkos untuk produksi pembuatan pelet hanya Rp4.200 per kilogram. Dengan biaya yang murah, diharapkan peternak tidak lagi kesulitan memberikan pakan yang bernutrisi tinggi bagi ternak-ternak mereka.
“Peternak juga bisa memanfaatkan sumber pakan yang ada di sekitar rumah. Sehingga mereka tidak perlu ketergantungan pakan dari industri,” ujar dia.
Sejauh ini, produk alat pembuat pelet ini sudah dijual ke beberapa daerah seperti Kabupaten Jombang, Jembrana, Kebumen, hingga Kabupaten Wonogiri. Namun, alat tersebut sejauh ini memang masih untuk proses pembelajaran para peternak di daerah itu.
“Kami masih terus mengembangkan alat ini. Rencananya, produksi massal alat ini akan kami lakukan pada November 2024,” kata Agus.
Lebih lanjut, saat ini timnya juga masih mengembangkan alat pembuat pelet berkapasit hingga 2 kwintal per jam dan mesin yang telah terdigitalisasi.