by Redaksi - Espos.id Jogja - Senin, 12 Desember 2011 - 15:46 WIB
GUNUNGKIDUL—Sejumlah perajin batu alam di Dusun Gunungsari, Desa Ngeposari, mengeluhkan minimnya pasokan bahan baku batu alam yang menjadi bahan dasar kerajinan mereka. Minimnya pasokan bahan baku tersebut disebabkan karena para penambang batu lebih memilih menjual di luar Gunungkidul seperti Bali, NTB, serta Jakarta.
Sadiman, 40, salah seorang pengrajin batu alam di Gunungsari mengatakan, minimnya stok batu alam itu telah dirasakan sejak enam tahun belakangan ini. "Saya pesan batu alam suka datang terlambat. Padahal stok saya sudah habis, kalaupun ada kualitasnya kurang bagus karena yang bagus malah dikirim ke luar," ujarnya kepada Harian Jogja, Senin, (12/12).
Pria yang menekuni usaha batu alam sejak 2004 silam itu menambahkan, menurunnya stok batu alam itu disebabkan karena lambannya pemerintah dalam membuat Perda untuk mengatur perdagangan agar batu alam. Apalagi menurut dia, batu alam adalah salah satu aset Gunungkidul.
"Kami sudah sering bertemu dengan pihak Disperindagkoptam, katanya akan membantu agar batu alam itu tidak dijual secara bebas. Tapi setelah ditunggu tunggu ternyata tidak pernah mengupayakannya," keluhnya.
Hal serupa juga dikeluhkan oleh Tadin, 40, perajin lainnya. Menurutnya, apabila pemerintah tidak cepat turun tangan pembuat Perda untuk mengatur perdagangan batu alam, bukan tidak mungkin beberapa puluh tahun ke depan akan terjadi kelangkaan. Padahal, perajin setempat sejak puluhan tahun lalu telah bertumpu pada usaha turun temurun ini.(Harian Jogja/Kurniyanto)