by Arief Junianto Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Kamis, 27 April 2017 - 01:20 WIB
Pendaki tewas kali ini dari Bambanglipuro, Bantul
Harianregional.com, BANTUL -- Satu lagi pegiat alam bebas harus tewas akibat egonya sendiri. Kali ini menimpa Taufik Budi Prasetyo, 23, warga Dusun Jomblang Desa Mulyodadi, Bambanglipuro. Pemuda itu ditemukan mengapung tak bernyawa di Air Kalak, kolam air panas di sekitar Danau Segara Anak, usai turun dari Puncak Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Seperti apa kisahnya?
Baca Juga : PENDAKI TEWAS : Pendakian Luar Jawa Pertama dan Terakhir
Dengan suara yang memelan, kawan korban, Muhammad Ali, pemuda asli Bogor, Jawa Barat mengatakan setelah turun dari puncak, ia dan Taufik memang berencana ingin berendam di Aik Kalaq beberapa menit saja.
Ketika itu, ia sempat menyarankan kepada kawannya itu agar berendam di Aik Kalaq bagian atas saja. Selain banyak pendaki lain, kondisi airnya juga tak sederas di dua kolam Aik Kalaq yang ada di bawahnya.
“Belum selesai saya bicara, saat saya turun dari atas, eh, Taufik sudah ada di bawah air. Memang, dia sempat menolak untuk saya ajak berendam di kolam atas,” kenangnya, Rabu (26/4/2017).
Saat itulah, ia mendadak kehilangan kawannya. Taufik yang semula dilihatnya dari atas tengah berendam, mendadak hilang. Sontak ia pun meneriakinya.
“Tapi nihil.”
Bahkan beberapa porter dan rombongan pendaki lain yang kebetulan ada di situ ikut mencari. Namun, derasnya air kolam mengakibatkan mereka tak bisa berbuat banyak.
Alhasil, ia dan sejumlah pendaki lain hanya bisa memantau dari tepi kolam saja.
Merasa pencariannya sia-sia, ia pun nekat turun kembali ke pos Senaru untuk meminta bantuan. Barulah, Selasa (25/4/2017) lalu, tubuh kawannya itu ditemukan sudah mengapung di lokasi kolam. Setelah melalui proses administrasi, jenazah Taufik pun diterbangkan langsung dari Lombok menuju DIY dan tiba di rumah duka, Rabu (26/4/2017) pagi.
Pendakian terakhirnya bersama Taufik itu memang dirasanya tak biasa. Selain pilihan jalur darat, saat pendakian pun, ia melihat rona muka kawannya itu pun tak biasa. Jika biasanya, Taufik selalu dikenal paling gesit saat mendaki, kali ini justru sebaliknya.
“Anehnya lagi, saat terendam di kolam selama dua hari, tak ada satu pun bagian tubuh kawan saya itu yang rusak,” katanya antusias.