regional
Langganan

PENATAAN MALIOBORO : PKL Libur Tiap Selasa Wage, Eratkan Rasa Guyub - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by I Ketut Sawitra Mustika Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Senin, 11 September 2017 - 07:20 WIB

ESPOS.ID - Papan tulisan Malioboro menjadi sasaran pengunjung. (Maria Atika/JIBI/Harian Jogja)

Penataan Malioboro, penerapan Selasa Wage segera dilakukan

Harianregional.com, JOGJA -- Beberapa pedagang menerima dengan ikhlas peraturan baru yang membebaskan kawasan Malioboro dari Pedagang Kaki Lima setiap Selasa Wage selama 24 jam penuh. Mereka tak masalah jika harus libur dan kehilangan ratusan ribu rupiah.

Advertisement

Baca Juga : PENATAAN MALIOBORO : PKL Ikhlas Libur Sehari

Ketua Kelompok PKL 23 Malioboro, Sutiarno tak masalah jika harus libur di Selasa Wage. Ia setuju dengan peraturan baru yang akan diterapkan mulai bulan September tersebut karena terasa adil. Semua PKL harus libur tanpa terkecuali. Jika hanya sebagian pedagang saja yang yang libur, baru ia tak setuju.

Lagi pula, menurut Sutiarno, dengan diberikan libur bersamaan, maka PKL Maliboro bisa piknik bareng-bareng sehingga keguyuban antar pedagang semakin tinggi.

Advertisement

“Selasa, kecuali hari libur, juga biasanya sepi. Paling hanya dapat Rp100.000-Rp200.000 jadi enggak masalah kalau libur,” terangnya, Minggu (10/9/2017).

Salah satu pedagang tas batik di Malioboro, Jianto mengaku pasrah saja terkait pembebasan kawasan Maliboro dari PKL saat Selasa Wage. Ia mengatakan dirinya tetap akan mengikuti peraturan yang ada walaupun tidak setuju seutuhnya dengan peraturan tersebut.

“Ya, namanya kami cari uang. Mungkin pertama kalinya agak kaku karena belum terbiasa,” jelasnya.

Advertisement

Jianto menyampaikan dirinya jarang libur, bahkan bisa dalam sebulan ia tidak rehat demi mengejar keuntungan. Ia hanya akan libur jika ada acara-acara seperti kondangan dan lain-lain.

Walaupun pasrah, ia menyarankan Pemerintah Kota Jogja, selaku pengambil kebijakan, bisa melakukan evaluasi rutin terhadap kebijakan tersebut.

“Harus dievaluasi. Sekarang kan istilahnya uji coba dulu. Kalau sudah berjalan tiga atau lima bulan harus dipertimbangkan lagi dampaknya,” tutupnya.

Advertisement
Mediani Dyah Natalia - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif