regional
Langganan

NARKOBA DI LAPAS : Sipir Lapas Wirogunan Mengaku Dapat Rp100.000 Setiap Menyelundupkan Narkoba - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Sunartono Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Senin, 7 Desember 2015 - 20:20 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi (Istimewa/Reuters)

Narkoba di lapas Wirogunan terungkap, salah satu penyelundupnya adalah oknum sipir

Harianregional.com, JOGJA- Seorang sipir Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wirogunan Kota Jogja berinisial HF, 29, nekat menyelundupkan ganja ke dalam Lapas tempatnya bekerja.

Advertisement

Barang didapatkan dari seseorang tak dikenal dengan cara bertemu langsung di Jalan Tamansiswa Jogja atau tak jauh dari Lapas Wirogunan. Polisi sempat melakukan tes urine terhadap HF tapi hasilnya negatif.

Menurut Wahyu, HF melakukan transaksi itu pada Minggu (29/12/2015) sekitar pukul 13.00 WIB, kemudian pada Senin (30/11/2015) barang itu diserahkan kepada napi AP pada pagi harinya.

Belum tersampaikan kepada pengguna di Lapas, sore harinya tertangkap ketika digeledah petugas Lapas.

Advertisement

"Sekali antar ke dalam Lapas, HF mendapatkan upah Rp100.000 cash dari mister X yang memberi barang itu. Pengakuannya baru sekali melakukan," ungkap Wakil Direktur Reserse Narkoba Polda DIY AKBP J. Permadi Wibowo dalam konferensi pers di Ditresnarkoba Polda DIY, Senin (7/12/2015).

Terpisah Kasubaghumas Kanwil Kemenkumham DIY Suwarno membenarkan terkait adanya sipir yang ditangkap Polda DIY. Jika terbukti maka akan diberi sanksi tegas tak terkecuali pemecatan.

Ia menyesalkan tindakan oknum sipir itu, mengingat pemerintah sudah memberikan perhatian lebih dari cukup melalui gaji yang diterima penjaga Lapas tersebut. Sosialisasi dan pembinaan terhadap sipir agar bertindak sesuai aturan sudah digelar dalam rentang waktu yang padat.

Advertisement

"Kalau gaji, tunjangan saja sekitar Rp2,5 juta itu belum gaji pokoknya. Kalau ditotal minimal Rp4 juta itu dapat," ujarnya.

Oleh sebab itu, Suwarno menilai, oknum sipir yang tetap berupaya mencari sampingan dengan melanggar hukum dinilai sebagai bentuk keserakahan.

"Itu bentuk aluamah [keserakahan], tapi tidak semua sipir, banyak yang baik juga karena orang itu berbeda-beda," kata dia.

Advertisement
Nina Atmasari - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif