regional
Langganan

KISAH INSPIRATIF : Siswa SMKN 2 Salatiga Ini Tak Malu Bawa Gerobak Bakwan ke Sekolah - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Imam Yuda Saputra Jibi Semarangpos.com  - Espos.id Regional  -  Senin, 16 Mei 2016 - 05:50 WIB

ESPOS.ID - Siswa SMKN 2 Salatiga, M. Fikri Mabruri, 18, berjualan bakso di sekolahnya untuk membiayai sendiri uang sekolahnya. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Kisah inspiratif kali ini menceritakan tentang siswa SMKN 2 Salatiga, M. Fikri Mabruri, yang rela membawa gerobak bakwan kawi setiap harinya ke sekolahan untuk dijajakan kepada rekan-rekannya.

Semarangpos.com, SALATIGA – Berjualan sambil bersekolah mungkin bukan sesuatu yang baru di Indonesia. Maklum, banyak siswa di Tanah Air yang berasal dari kalangan tidak mampu atau ingin sekedar mendapat tambahan uang jajan rela berjualan di sela-sela mengikuti kegiatan belajar di sekolah.

Advertisement

Namun, berjualan sambil membawa peralatan lengkapnya di sekolah mungkin jarang terjadi. Hal inilah yang dilakukan oleh siswa kelas XII SMKN 2 Salatiga, M. Fikri Mabruri, 18.

Demi membantu ekonomi keluarganya, siswa yang mengambil jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) itu rela berjualan bakwan kawi dan bubur kacang hijau di sekolahannya. Untuk berjualan, ia pun rela membawa gerobak dagangannya dengan menggunakan sepeda motor ke sekolahan setiap harinya.

Advertisement

Demi membantu ekonomi keluarganya, siswa yang mengambil jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) itu rela berjualan bakwan kawi dan bubur kacang hijau di sekolahannya. Untuk berjualan, ia pun rela membawa gerobak dagangannya dengan menggunakan sepeda motor ke sekolahan setiap harinya.

“Sepeda motor dan gerobak ini milik bos saya. Saya hanya dipinjami untuk berjualan. Selain berjualan di sekolah, saya juga berjualan di JLS [jalur lingkar selatan] Salatiga kalau pas hari libur,” ujar Fikri saat berbincang dengan Semarangpos.com di sela-sela aktivitas berjualannya di SMKN 2 Salatiga, Rabu (11/5/2016).

Fikri mengaku awalnya sempat minder dengan apa yang dilakukannya. Terlebih lagi, ia harus membawa gerobak dagangan itu dari rumahnya di Jl Antasena, Dukuh Krajan RT 007/RW 001, Sidomukti, ke sekolah yang berjarak sekitar 2,5 km, setiap harinya.

Advertisement

“Awalnya sih malu. Apalagi banyak yang meledek,”kowe ki niat sekolah, opo arep dodolan?” [kamu itu niat sekolah, atau mau jualan?]. Tapi lama kelamaan, saya kebal. Apalagi, hasil dari jualan ini cukup untuk membiaya sekolah saya sekaligus ditabung untuk bekal kuliah nanti,” tutur putra kedua pasangan Mukminin, 56, dan Imronah, 53.

Kewirausahaan Sementara itu, Wakil Kepala SMKN 2 Salatiga, Ghrozali Kabul, menjelaskan apa yang dilakukan Fikri itu merupakan bagian dari program kewirausahaan bertajuk Incubator: Enterpreneurship Learning for Student. Program yang sudah diadakan sejak 2011 itu bertujuan memberikan pelatihan tentang kewirausahaan pada para siswa agar lebih siap menghadapi dunia kerja setelah lulus nanti.

“Sebenarnya banyak siswa di sekolah ini yang berjualan, tapi yang menjual secara langsung dengan membawa gerobak ya baru Fikri saja. Yang lainnya, biasanya cuma menitipkan di kantin sekolah,” tutur Ghrozali.

Advertisement

Ghrozali mengungkapkan bahwa Fikri memang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Ayahnya setiap hari berjualan keraktelur secara keliling ke sekolah-sekolah dasar. Sementara, ibunya berprofesi sebagai penjahit di Pasar Raya Salatiga.

“Jadi dengan jualan ini, penghasilannya sangat membantu ekonomi keluarga. Terlebih lagi, hasil jualan juga bisa membiayai kebutuhannya sehari-hari,” tutur Ghrozali.

 

Advertisement

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Rahmat Wibisono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif