regional
Langganan

KISAH INSPIRATIF : Jual Bakwan & Burjo, Siswa SMKN 2 Salatiga Kantongi Rp2 Juta/Bulan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Imam Yuda Saputra Jibi Semarangpos.com  - Espos.id Regional  -  Kamis, 12 Mei 2016 - 11:50 WIB

ESPOS.ID - Siswa SMKN 2 Salatiga, M. Fikri Mabruri, 18, berjualan bakso di sekolahnya untuk membiayai sendiri uang sekolahnya. (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Kisah inspiratif kali ini tentang siswa SMKN 2 Salatiga, M. Fikri Mabruri, yang berjualan bakwan Kawi dan bubur kacang hijau (burjo) di sekolah demi membantu ekonomi keluarga.

Semarangpos.com, SALATIGA – Siswa SMKN 2 Salatiga, M. Fikri Mabruri, 18, mengaku bisa meraup keuntungan lebih dari Rp2 juta/bulan dengan berjualan bakwan Kawi dan bubur kacang hijau atau yang akrab disebut  burjo. Fikri yang berasal dari keluarga kurang mampu itu pun mengguratkan kisah insipiratif dengan membiayai sendiri sekolahnya.

Advertisement

Fikri menjajakan kedua jenis penganan itu kepada rekan-rekannya di sekolah setiap hari sejak kelas X atau tiga tahun lalu. Ia membawa kedua jenis makanan itu setiap pagi dari rumah yang terletak di Jl. Antasena, Dukuh Krajan RT 007/RW 001, Sidomukti, Salatiga, dengan menggunakan sepeda motor yang dipinjam dari pemilik usaha bakwan Kawi.

Fikri mengaku setiap hari membawa 700-800 butir bakwan beserta campuran untuk bawan Kawi yang dijualnya dengan harga Rp500/butir. Seluruh makanan yang ia jual itu biasanya selalu habis diserbu rekan-rekannya saat istirahat pertama atau sekitar pukul 09.00 WIB.

“Alhamdullilah selalu habis setiap harinya. Kalau sisa paling pas hari Senin atau Kamis, karena banyak siswa di sini pada hari itu berpuasa,” ujar Fikri saat berbincang dengan Semarangpos.com di sela-sela menjalankan aktivitas berjualannya di area kantin SMKN 2 Salatiga, Rabu (11/5/2016).

Advertisement

Jika dihitung-hitung, dengan jumlah dagangan sebanyak itu, Fikri pun mampu meraup pendapatan kotor setiap harinya mencapai Rp35.000-Rp40.000. Namun, seluruh pendapatan itu tak semuanya bisa dikantongi putra kedua pasangan Mukminin, 56 dan Imronah, 53, itu. Ia hanya mendapat Rp25.000 setiap harinya, dengan perincian Rp10.000 diperoleh dari pemilik usaha bakwan kawi dan Rp15.000 dari pihak sekolah.

“Kebetulan usaha ini kan bagian dari program kewirausahaan yang digagas pihak sekolah. Pihak sekolah juga yang mengusahakan agar saya bisa berjualan. Jadi ada sistem bagi hasil dengan pihak sekolah maupun dengan majikan saya [pemilik usaha bakwan kawi],” beber Fikri.

Burjo Komoditas Sendiri Kendati hanya mendapat Rp25.000/hari dari jualan bakwan Kawi itu, Fikri justru mendapat keuntungan besar dari hasil berjualan burjo. Hal ini tak lain karena burjo yang dijajakannya merupakan produk asli buatan keluarganya.

Advertisement

Setiap harinya, Fikri mengaku membawa burjo sebanyak setengah kilogram. Dari burjo sebanyak itu, ia mampu meraup pendapatan mencapai Rp50.000 setiap harinya. “Lumayan Mas. Hasilnya bisa buat bayar sekolah dan juga membantu ekonomi keluarga. Selain itu, juga bisa memenuhi kebutuhan pribadi saya. Apalagi, saya ada rencana melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya,” imbuh Fikri.

Sementara itu, salah seorang guru pembimbing Fikri, Noor Latifa, menjelaskan hasil jualan bakwan Kawi dan burjo itu sangat membantu perekonomian keluarga Fikri. Terlebih lagi, ekonomi keluarga Fikri memang tergolong tidak mampu. Ayah Fikri setiap hari hanya mengandalkan penghasilan dari berjualan kerak telor di sekolah-sekolah. Sedangkan, ibunya menjahit di Pasar Raya, Salatiga.

“Jelas, dengan usaha ini, Fikri bisa membantu perekonomian keluarga. Bahkan, biaya SPP di sini yang hanya Rp150.000/bulan sanggup dibayar Fikri tanpa meminta dari orang tuanya,” papar Noor Latifa terkait kisah perjuangan anak didiknya yang inspiratif itu.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Advertisement
Rahmat Wibisono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif