by Andreas Tri Pamungkas Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Senin, 23 Juli 2012 - 09:46 WIB
Takjil sebenarnya selalu disediakan setiap hari untuk berbuka puasa. Hanya menu khusus gulai kambing dibuat pada Kamis. “Ini sudah mentradisi pada hari Kamis karena untuk menghormati Malam Jumat. Dalam Islam, hari Jumat adalah penghulunya hari,” jelas pengelola Masjid Kauman Waslan Aslam kepada Harian Jogja, Kamis (19/7).
Namun dulu selain hanya sekadar untuk memperingati malam Jumat, tradisi takjil kambing adalah sebuah bentuk penghargaan Raja kepada rakyatnya. ”Ini adalah simbol persembahan kepada kaum duafa yang mungkin jarang mengkonsumsi makanan tersebut,” terangnya.
Masjid Kauman ini dulunya khusus dibangun raja untuk peristirahatan kaum duafa. Dahulu kala, gulai kambing ini dimasak dengan menggunakan kayu bakar. Kayu bakarnya pun bukan diperoleh sembarangan, namun dipotong dari sebuah pohon yang ditanam di areal Masjid Kauman regional. Namun seiring berjalannya waktu, gulai kambing ini dipesan pada jasa penyedia makanan.
“Kalau hari Kamis jamaah sangat banyak, dan pengunjungnya pun bertambah setiap tahunnya.Tidak hanya dari lingkungan Kauman, tapi juga dari luar kampung," katanya.
Biasanya pihak masjid hanya menyediakan sekitar 650 porsi, namun kalau hari Kamis bisa mencapai 800 porsi. Berbeda dengan dulu yang dihidangkan dengan menggunakan piring tembaga atau sering disebut piring blek, kini cukup dibungkus dengan kertas.
Waslan mengatakan tradisi ini baru akan dilaksanakan pada Kamis pekan depan. Kamis malam kemarin belum karena meski sudah tarawih, buka puasa baru dilakukan pada Jumat sorenya.
Masjid Kauman Jogja ini adalah masjid tertua yang dibangun oleh Sultan Hemengku Buwono I dengangayakhas arsitektur Jawa. Masjid tersebut identik dengan tempatnya para kaum atau pemuka agama. Oleh karenanya fasilitas perumahan yang ada di kompleks tersebut lebih dikenal dengan nama Kampung Kauman.