by Magdalena Naviriana Putri Chelin Indra Sushmita - Espos.id Jateng - Senin, 28 Maret 2022 - 12:03 WIB
Esposin, SOLO — Aksi Rara Istiani Wulandari selaku pawang hujan pada gelaran MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika masih menjadi sorotan. Menurut praktisi supranatural, label pawang yang disematkan kepada Rara dan orang lain yang dianggap memiliki kemampuan mengendalikan hujan adalah kesalahan.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Forum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia (DPD FKPPAI) Jawa Tengah, Ki Joni Asmoro, mengatakan pawang hujan bukanlah pengendali hujan. Dia ahli spiritual seperti dirinya tidak benar-benar bisa mengendalikan hujan. Dia hanya memiliki kemampuan berkomunikasi dengan alam.
“Sebenarnya bukan pawang. Kalau pawang itu harus bisa mengendalikan. Kalau kami [ahli spiritual] hanya berkomunikasi dengan alam, mintanya juga kepada Tuhan,” terang dia saat ditemui Esposin dalam kegiatan Sadranan Ageng Kraton Kartasura, Sabtu (26/3/2022).
Baca juga: Tabib Boyolali Sebut Label Rara Pawang Hujan Salah Kaprah, Kenapa?
Isi permintaan itu adalah doa agar tidak turun hujan. Bukan melakukan ritual yang benar-benar memperlihatkan kemampuan menggeser awan.
“Bukan menggeser awan ya, hanya meminta pada Tuhan supaya tidak diturunkan hujan. Maka dari doa itu Tuhan mengabulkan dan menggeser awan,” terangnya saat ditemui disela kegiatan itu.
Hal senada disampaikan seorang tabib asal Boyolali, Jawa Tengah, Kanjeng Toton. Praktisi pengobatan alternatif ini menyebut pemberian nama pawang hujan adalah sebutan dari masyarakat. Dia menegaskan label itu tidak tepat. Alasannya, pada dasarnya tidak ada manusia yang dapat berkomunikasi dengan malaikat.
“[Label] pawang itu diberikan dari masyarakat, sebetulnya juga bukan pawang. Dan tidak ada manusia yang bisa berkomunikasi dengan malaikat, semuanya berdasar dari kekuatan doa kepada Tuhan,” katanya saat ditemui dalam kegiatan Sadranan Ageng Kraton Kartasura, Sabtu (26/3/2022).
Baca juga: Viral Pawang Hujan Sirkuit Mandalika Dibayar Ratusan Juta
Jasa mereka biasanya dipakai dalam acara khusus yang digelar di musim hujan, salah satunya dalam gelaran MotoGP Mandalika. Dilansir dari unggahan Instagram @budayasaya milik Ditjen Kebudayaan Kemdikbud RI beberapa kebudayaan di Indonesia memiliki sebutan yang berbeda bagi pawang hujan, seperti dukun pangkeng bagi masyarakat Betawi, Nerang Hujan bagi masyarakat Bali, dan Bomoh bagi masyarakat Melayu di Riau.