by Newswire - Espos.id Regional - Senin, 7 Oktober 2019 - 15:05 WIB
Madiunpos.com, PASURUAN -- Warga Desa Baujeng, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan berunjuk rasa memprotes pencemaran sungai. Mereka berunjuk rasa di jalan raya Pandaan-Bangil yang membuat arus lalu lintas lumpuh.
Seperti dikutip Madiunpos.com dari detik.com, ratusan warga membawa sejumlah spanduk bernada protes dan kecaman terhadap para pihak yang mencemari sungai mereka. Warga juga membakar ban bekas di tengah jalan raya.
Baca Juga:
Masyarakat Ponorogo Keluhkan Pencemaran Sungai
Masyarakat Ponorogo Keluhkan Pencemaran Sungai
Air Tercemar Limbah, Petani Purworejo Wonogiri Gagal Panen Berkali-Kali Dan Banyak Ikan Mati
Dalam aksi ini warga menurut perusahan yang mencemari sungai untuk bertanggung jawab. Warga juga mendesak pemerintah dan penegak hukum bertindak tegas pada pelaku pencemaran sungai.
Karena jalur ditutup warga, polisi mengarahkan pengendara untuk berputar balik dan mencari jalur lain.
"Warga menutup jalur kedua arah. Kami minta kendaraan roda empat masuk tol saja. Atau cari jalur lain," kata Kanit Lantas Polsek Beji, Iptu Gede Sukana, di lokasi.
"Untuk kendaraan roda dua diarahkan ke jalan-jalan desa," imbuhnya.
Menurut Kades Baujeng, Sobik, limbah yang mencemari sungai itu diduga berasal dari pabrik di Desa Kemirisewu, Kecamatan Pandaan, Pasuruan. Warga Baujeng dan desa-desa lain di Beji terkena dampaknya. Limbah pabrik tersebut mencemari sungai Wangi, kemudian airnya mengalir ke Sungai Tanggul di Baujeng.
"Pencemaran dari pabrik Teh Gelas [PT CS 2 Pola Sehat], Kemirisewu, Pandaan. Dampaknya ke Desa Baujeng. Sungai yang ada di Pandaan sana tercemar kemudian airnya mengalir ke Sungai Tanggul di desa kami," kata Sobik.
Sepekan terakhir warga Desa Baujeng, mengeluhkan pencemaran sungai di wilayah mereka. Sungai yang tercemar dan berbau busuk tersebut juga berdampak pada sumur sehingga airnya tak bisa dimanfaatkan oleh warga.
Situasi tersebut membuat warga hilang kesabaran. Mereka melakukan protes keras dengan memasang baliho, spanduk, dan poster tuntutan agar dibebaskan dari limbah yang menyengsarakan. Baliho, poster, dan spanduk tersebut dipasang di tepi jalan hingga jembatan. Isinya tulisan antara lain "Yoopo yo kaliku, koen gak tau raup banyu peceren ta?", "Pengusaha tolong dengar jeritan kami", "Sungai kaucemari, rakyat kau kibuli', dan banyak tulisan lainnya. Rencananya warga akan terus menambah spanduk dan baliho.
Karena tak mendapat tanggapan, hari akhirnya warga turun ke jalan.