regional
Langganan

Jihan Jual Mi Kloning, Sajian Mi Instan Seperti pada Gambar Kemasan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Rima Sekarani Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Kamis, 16 Januari 2014 - 13:25 WIB

ESPOS.ID - Jihan Rusdiana di warung Mi Kloning Jalan Candi Gebang, Condong Catur, Depok, Sleman. (JIBI/Harian Jogja/Rima Sekarani)

Usaha di bidang kuliner semakin menjamur. Bagi para pelaku usaha, perlu ada inovasi kreatif agar usaha yang dikembangkan mampu bersaing. Semakin unik dan kreatif, pelanggan pun akan semakin tertarik. Seperti halnya inovasi yang dilakukan Jihan Rusdiana dengan mi kloningnya. Seperti apa, berikut laporan wartawan Harianregional.com, Rima Sekarani.

Memulai usaha sejak masih duduk di bangku kuliah semester tiga membuat mental Jihan Rusdiana tertempa sedemikian rupa. Pada 2009, keinginannya untuk membangun sebuah usaha disampaikan kepada kakaknya.

Advertisement

Dengan yakin dia pun meminjam uang sebagai modal dari kakaknya. Orangtua Jihan bahkan tidak tahu ketika dia mulai merintis usaha itu.

Ditemui di salah satu warungnya di Jalan Candi Gebang, Condong Catur, Depok, Sleman, Jihan mengatakan pada awalnya dia memilih usaha warung burjo (bubur kacang hijau).

Advertisement

Ditemui di salah satu warungnya di Jalan Candi Gebang, Condong Catur, Depok, Sleman, Jihan mengatakan pada awalnya dia memilih usaha warung burjo (bubur kacang hijau).

“Burjo sudah punya brand, jadi kami tidak perlu susah-susah cari nama untuk mengenalkannya kepada masyarakat,” katanya ramah, saat ditemui Rabu (15/1/2014).

Saat pertama kali membangun usaha, dia membuat sebuah warung burjo di daerah Selokan Mataram. Sukses dengan burjo pertamanya, dua tahun kemudian Jihan membuka cabang di Samirono dan Jalan Moses Gatotkaca.

Advertisement

Usaha yang dijalaninya tidak lantas selalu berjalan mulus. “Sempat surut juga. Sepi lalu tutup berminggu-minggu karena karyawannya pulang,” kenang Jihan.

Dia menceritakan setelah lama tutup dan akan buka lagi, ternyata warungnya tetap sepi pelanggan. Dia mulai berpikir untuk melakukan inovasi terhadap dagangannya. Dia mencoba menggabungkan konsep burjo dengan rumah makan seafood. Namun inovasi itu tak maksimal.

Awal 2013, pria berusia 23 tahun ini mendapatkan inspirasi ketika melihat bungkus-bungkus mi instan. “Sepertinya menarik kalau dibikin sama,” pikirnya kala itu.

Advertisement

Dia ingin menonjolkan mi sebagai suatu kebutuhan pokok selain nasi. Oleh karena itu, mi instan akhirnya dikemas dengan cara yang benar-benar berbeda. Tercetuslah menu mi kloning, mi instan yang penyajiannya dibuat benar-benar tampak seperti pada gambar bungkusnya. Jihan mengaku butuh empat hari untuk uji coba pembuatan mi kloning.

“Untuk satu porsi mi kloning, kami perlu menyediakan modal Rp9.500 sampai Rp10.500. Memang lebih mahal,” ujarnya.

Menurut Jihan, kenaikan harga karena bahan baku serta bumbunya juga bertambah, demi mendapatkan mi instan yang benar-benar mirip dengan gambar di kemasannya. Usaha itu akhirnya membuahkan hasil.

Advertisement

Lulusan D3 Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) ini berniat menambah varian mi instan yang akan dikloning. Saat ini sudah ada 12 varian mi kloning yang bisa dipilih pelanggan.

Dalam sehari, Jihan mengaku bisa menjual lebih dari 100 porsi mi kloning. Dengan mayoritas pelanggan adalah mahasiswa, per porsi didapat keuntungan sebesar 30-40%.

Ke depannya, selain akan menambah jumlah menu mi kloning, Jihan juga berencana akan menambahkan menu mendoan dan susu segar di warungnya.

“Yang penting ada kemauan yang tinggi. Jadikan kegagalan sebagai proses keberhasilan, bukan hambatan. Tetap konsisten. Kalau gagal ya coba terus. Dan jangan lupa harus kreatif dan inovatif,” ujarnya.

Advertisement
Nina Atmasari - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif