regional
Langganan

INFLASI JATENG : TPID Berperan Penting Kendalikan Inflasi - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Jibi Solopos Antara  - Espos.id Regional  -  Kamis, 24 Desember 2015 - 01:50 WIB

ESPOS.ID - ilustrasi laju inflasi (JIBI/Solopos/Dok.)

Inflasi Jateng dipengaruhi oleh naik turunnya harga bahan makanan.

Kanalsemarang.com, SEMARANG- Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah berperan penting mengendalikan inflasi akibat kenaikan harga bahan makanan.

Advertisement

Menurut Ekonom Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Ika Rahutami, selama ini kehebatan TPID Jateng sudah diakui secara nasional. Artinya Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng-DIY dinilai mampu bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi hingga level Kabupaten dan Kota untuk menstabilisasi harga terutama bahan pangan.

Dikatakan, selama ini komoditas bahan pangan merupakan salah satu indikator utama yang berpengaruh terhadap fluktuasi inflasi. Oleh karena itu, ketika pasokan terjamin maka inflasi juga menjadi lebih stabil.

Advertisement

Dikatakan, selama ini komoditas bahan pangan merupakan salah satu indikator utama yang berpengaruh terhadap fluktuasi inflasi. Oleh karena itu, ketika pasokan terjamin maka inflasi juga menjadi lebih stabil.

"Dalam hal ini semua pihak harus mengakui kehebatan TPID dalam memantau harga komoditas utama pemicu inflasi tersebut," katanya seperti dilansir Antara, Rabu (23/12/2015).

Diakuinya, meski dari sisi cara pemantauan sudah cukup baik, ada beberapa hal lain yang juga harus diperhatikan. Salah satu yang menjadi masalah adalah masih banyak komoditas pertanian hasil panenan Jawa Tengah yang dengan cepat keluar daerah. Terkendali Ika mengatakan, hingga penghujung akhir tahun ini inflasi Jawa Tengah selalu berada di level wajar yaitu tidak pernah lebih tinggi dari prediksi awal dari Bank Indonesia.

Advertisement

"Kenapa inflasi di level 4 ini baik karena prediksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen berarti secara riil kita masih mengalami kenaikan daya beli," katanya.

Terkait dengan daya beli, Ika mengatakan pengendalian daya beli yang artinya tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah penting dilakukan.

Menurut dia, konsep yang terpenting pada suatu perekonomian adalah ketika daya beli mengalami kenaikan tetapi inflasi tidak lebih tinggi dari daya beli.

Advertisement

Ika mengatakan, karena jika inflasi lebih tinggi berarti daya beli secara riil akan kembali tergerus atau menurun.

"Jadi posisi yang terbaik adalah ketika daya beli secara nominal naik dan berpengaruh terhadap kenaikan inflasi, di sisi lain adalah level inflasi ini tidak boleh lebih tinggi dari kenaikan daya beli itu sendiri," katanya.

Dengan kondisi tersebut, maka kenaikan daya beli akan memberikan manfaat yang baik bagi pertumbuhan ekonomi, karena jika daya beli naik tetapi inflasi juga tinggi artinya tidak ada kenaikan daya beli secara riil.

Advertisement

"Dalam hal ini, peran TPID penting untuk menjaga daya beli dan menjaga inflasi agar tetap berada di level wajar namun memberikan manfaat yang riil bagi pertumbuhan ekonomi daerah," katanya.

Sementara itu, Kepala Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V Jawa Tengah-DIY Iskandar Simorangkir mengatakan selama ini TPID berkomitmen menjaga kondisi pasar.

Menurut dia, jika sewaktu-waktu terjadi gejolak harga maka TPID langsung melakukan operasi pasar sehingga masyarakat tidak terkena dampak kenaikan harga yang berlebihan.

"Kami melakukan pemantauan harga komoditas pangan di pasaran melalui sistem informasi harga dan produksi komoditi (sihati). Pada dasarnya sistem ini berperan menekan inflasi di Jawa Tengah," kata Wakil Ketua TPID Jateng tersebut.

Iskandar mengatakan, melalui sihati tersebut seluruh pihak yang menjadi unsur TPID dapat memantau harga melalui ponsel berbasis android masing-masing.

"Melalui pantauan ini jika kami melihat ada lonjakan harga yang berlebihan, anggota TPID bisa melakukan pertemuan virtual melalui layanan 'chatting'," katanya.

Sejauh ini, diakuinya sistem tersebut memberikan manfaat langsung pada kondisi ekonomi di Jawa Tengah. Terbukti, inflasi Jateng hingga saat ini masih relatif terkendali.

"Sekarang inflasi kita 'year to date' di level 1,73 persen. Artinya tidak ada gejolak inflasi seperti yang dialami oleh beberapa provinsi lain di Pulau Jawa," katanya.

Pihaknya pun berupaya memastikan kondisi yang sama akan terjadi di tahun depan. Harapannya, inflasi pada tahun ini bisa menjadi gambaran positif pada inflasi tahun depan yang diprediksikan berada di level 4+/-1 persen.

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif