by Andreas Yuda Pramono - Espos.id Jogja - Rabu, 13 Maret 2024 - 23:48 WIB
Esposin, GUNUNGKIDUL – Dua ekor kambing yang mati mendadak di Padukuhan Kayoman, Kalurahan Serut, Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, ternyata positif antraks.
Dua ekor kambing positif antraks itu diketahui setelah hasil pengujian yang dilakukan Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Kulonprogo, keluar.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengatakan pihaknya baru saja menerima hasil penyelidikan dari BBVet untuk dua kambing milik S yang juga mati mendadak setelah hasil untuk sapi keluar empat hari lalu.
“Kemarin kan baru sapi [hasil penyelidikan BBVet]. Sekarang hasil untuk kambing sudah ada, positif,” kata Wibawanti dihubungi, Rabu (13/3/2024).
Wibawanti menambahkan DPKH juga telah melakukan koordinasi lintas OPD di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rabu (13/3/2024). Koordinasi mengarah pada solusi yang dapat ditempuh untuk mencegah persebaran bakteri antraks, termasuk mobilitas peternak yang membawa masuk-keluar ternak dari dan ke Gunungkidul pada khususnya dan DIY pada umumnya.
Dia menjelaskan lalu lintas hewan ternak antarprovinsi diatur oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY. Hanya saja karena DIY menjadi daerah tertular maka Pemprov tidak akan memberikan rekomendasi untuk membawa keluar hewan ternak. Hal itu dilakukan sampai kasus antraks mereda.
“SKKH [Surat Keterangan Kesehatan Hewan] yang memberi DIY. Kami hanya memberi rekomendasi bahwa ternak sehat. Tapi kalau kasus antraks seperti ya ditangguhkan dulu baru boleh keluar lagi,” katanya.
Lebih jauh, Wibawanti menegaskan obat dari Kementerian Pertanian seperti formasil, vaksin antraks, sampai vitamain masih tersedia stoknya. Hanya dia belum dapat menyampaikan jumlah stok tersebut.
Menurut dia, kasus antraks merupakan tanggap darurat yang butuh penanganan cepat dengan pemberian antibiotik, vitamin, dan formalin, termasuk pengobatan lain. Penanganan pun dilakukan dengan perspektif jangka pendek. Baru setelah itu, DPKH akan memikirkan penanganan jangka panjang agar antraks terkendali bahkan lenyap.
“Kami memiliki kendala juga terkait dengan jalan cacing [yang dapat dipakai lalu lintas hewan ternak]. Itu kewenangan DIY kami memberi masukan saja agar ada pengetatan,” ucapnya.