regional
Langganan

Dugaan Jual Beli Seragam SMKN di Bantul, Harganya Capai Rp1,3 Juta per Paket - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Stefani Yulindriani Ria S. R  - Espos.id Jogja  -  Jumat, 12 Juli 2024 - 22:24 WIB

ESPOS.ID - ilustrasi

Esposin, BANTUL – LSM Persatuan Orang Tua Peduli Pendidikan (Sarang Lidi) menerima aduan terkait dengan penjualan seragam di SMK Negeri 1 Sewon. Harga paket seragam yang dijual senilai Rp1.340.000 untuk putri dan Rp1.150.000 untuk putra.

Sekretaris LSM Sarang Lidi, Yuliani Putri, mengatakan saat daftar ulang, orang tua murid baru diminta membeli seragam sesuai ketentuan yang telah ditunjuk sekolah.

Advertisement

“Di Bantul yang sudah lapor SMK 1 Sewon. Seragamnya harganya Rp1.340.000 untuk putri, itu belum jahit," ujarnya, Jumat (12/7/2024).

Dia menuturkan untuk seragam pakaian bagi siswa putra dikenakan harga mencapai Rp1.150.000. Dia menuturkan dengan harga tersebut, siswa akan mendapatkan satu jas almamater, topi, dan perlengkapan berupa bedge serta setelan baju olahraga.

Advertisement

Dia menuturkan untuk seragam pakaian bagi siswa putra dikenakan harga mencapai Rp1.150.000. Dia menuturkan dengan harga tersebut, siswa akan mendapatkan satu jas almamater, topi, dan perlengkapan berupa bedge serta setelan baju olahraga.

Selain itu ada pula bahan untuk satu setel putih abu-abu, dua setel batik dan putih, dan satu stel seragam pramuka. Bagi murid perempuan akan diberikan tambahan empat hijab.

Dia menuturkan aduan tersebut telah disampaikan ke Disdikpora Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, dia belum mengetahui langkah yang diambil Disdikpora DIY terhadap aduan tersebut.

Advertisement

"[Disdikpora se-DIY ] harus memberikan sangksi. Kalau ada komitmen memberantas [praktik pembelian seragam], ya diberantas," katanya.

Menurut dia, meski telah ada larangan penjualan seragam, tetapi hal itu masih terjadi lantaran modus yang dipakai pihak sekolah saat ini melibatkan komite sekolah atau koperasi sekolah.

Sehingga, penjualan seragam tidak ditangani langsung oleh pihak sekolah.

Advertisement

"Sekarang ketika komite sekolah tidak menjual, di toko depan sekolah menjual, di koperasi sekolah menjual. Padahal koperasi sekolah yang mengurus guru," katanya.

Dia menuturkan beberapa modus yang digunakan antara lain orang tua murid baru diminta membeli kain di salah satu toko kain yang telah ditunjuk, serta menjahitkan di salah satu penjahit yang ada di Kota Jogja.

Sementara salah satu orang tua murid baru di SMK 1 Sewon, Trisna, mengaku tidak keberatan dengan pengenaan ketentuan pembelian seragam tersebut. Menurutnya, hal itu memudahkannya untuk menyediakan seragam bagi putrinya.

Advertisement

"Waktu daftar ulang kemarin sekalian beli seragam. Kemarin yang bayar istri saya, kemudian saya ambil di koperasi. Kalau saya tidak jadi persoalan, selama harganya tidak terpaut jauh dari pasaran," ujarnya.

Menurut dia dengan pengadaan seragam dari sekolah, maka pihaknya tidak perlu takut apabila seragam yang dibelinya tidak sama dengan siswa lainnya.

"Khawatirnya [kalau beli di luar seragam] enggak sama dengan yang lain, tentu akan berpengaruh dengan psikis anak," katanya.

Dia menuturkan harga yang dibayarnya tersebut pun belum termasuk ongkos jahit. Dia menaksir uang yang dibutuhkan untuk menjahitkan empat pasang seragam sekitar Rp600.000.

Sementara Kepala Disdikpora Bantul, Nugroho Eko, mengaku belum menerima aduan terkait penjualan seragam di tingkat SD dan SMP di Bantul.

"Sampai saat ini belum ada pengaduan. Semoga tidak ada pengaduan, dalam arti tidak ada penyimpangan ketentuan tentang seragam sekolah," katanya.

Berita ini telah tayang di Harianregional.com dengan judul Polemik Pungli Pendidikan, Penjualan Seragam oleh Sekolah di Bantul Masih Ditemukan
Advertisement
Abdul Jalil - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif