regional
Langganan

Disnakertras Jateng Catat 8.231 PHK Sepanjang 2024, Paling Tinggi Boyolali

by Adhik Kurniawan  - Espos.id Jateng  -  Selasa, 1 Oktober 2024 - 16:15 WIB

ESPOS.ID - Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Industri (HI) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng, Ratna Dewajati (kiri). (Espos.id/Adhik Kurniawan).

Esposin, SEMARANG – Pemerintah pusat lagi-lagi kembali menyatakan Jawa Tengah (Jateng) sebagai provinsi dengan angka pemutusan hubungan kerja (PHK) tertinggi di Indonesia sepanjang tahun 2024, yakni mencapai 14.767 tenaga kerja. Kendati demikian, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng menyebut data yang berbeda. Disnaker Jateng menyatakan PHK di wilayahnya sepanjang 2024 mencapai 8.231 orang dengan daerah paling tinggi di Kabupaten Boyolali yang mencapai 1.166 orang.

Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Industri (HI) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng, Ratna Dewajati, mengatakan sepanjang Januari-Agustus 2024, PHK di 35 kabupaten/kota mencapai 8.231 pekerja. Adapun sebanyak 3.719 pekerja juga dirumahkan oleh perusahan masing-masing.

Advertisement

“Kenapa ada angka 14.000 [dari pusat], karena ada data yang ikut terhitung di Satudata Kemaker. Dan kami sudah klarifikasi kepada pemerintah. Seperti SAI Apparel itu kan ada relokasi, pekerjanya ikut dipindah tapi tidak terhitung, dilaporkan 8.000 sekian PHK, padahal hanya 1.482 orang. Pekan depan kita juga akan ke Jakarta untuk klarifikasi lagi, semoga bisa diubah [data pemerintah],” harap Ratna di Kantor Disnakertrans Jateng, Selasa (1/10/2024).

Adapun dari angka 8.231 PHK sepanjang 2024 ini, paling banyak berada di Boyolali, yakni mencapai 20.19% atau 1.166 pekerja. Kemudian di Kabupaten Pekalongan 15.41% atau 1.268 pekerja dan Kota Semarang 14.71% atau 1.210 pekerja.

Advertisement

“Sektor paling besar kontribusi PHK ada tekstil dan garmen, 44.77%, terus manufaktur 25.71% dan lain-lain atau gabungan ada sisi perdagangan dan jasa keuangan itu 17.08%,” rincinya.

Mengenai penyebab badai PHK, Ratna menilai karena industri sedang terdampak geopolitik perang Ukrania. Imbasnya, bahan baku textile yang bergantung pada import turut kena imbasnya.

Advertisement

“Kemudian hubungan tak baik China dan America juga pengaruhi produk, orderan turun, ditambah kebijakan [barang] impor yang membanjiri pasar Indonesia, perang harga,” nilainya.

Sekadar untuk diketahui, angka PHK di Jateng ini diprakirakan masih bisa naik hingga akhir Desember 2024. Bahkan, total PHK sepanjang tahun ini dipastikan bakal naik dua kali lipat dibanding tahun 2023 lalu yang hanya 4.302 pekerja.

Advertisement
Imam Yuda Saputra - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif