by David Kurniawan - Espos.id Jogja - Selasa, 12 September 2023 - 20:57 WIB
Esposin, GUNUNGKIDUL -- Bagi kebanyakan orang, gedebok atau batang pisang biasanya hanya berakhir di tempat sampah. Namun, di tangan Sukamto, warga Jeruklegi, Katongan, Kapanewon Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, gedebok bisa menjadi karya seni indah yang bernilai ekonomi tinggi.
Hasil kerajinan tangan Sukamto ini bahkan telah dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia, seperti di Jakarta, Bandung, hingga Surabaya. Sukamto menyulap gedebok menjadi lukisan berbagai gambar, mulai dari pemandangan alam hingga hewan seperti ayam, burung garuda, ular, dan lainnya.
“Untuk gambar tergantung permintaan dari pemesan,” kata Sukamto kepada wartawan, Selasa (12/9/2023).
Pria itu memanfaat teras rumah sebagai tempat untuk berkarya. Adapun ruang tamu rumahnya disulap menjadi tempat galeri untuk memamerkan karya lukisan gedebok.
Pria itu memanfaat teras rumah sebagai tempat untuk berkarya. Adapun ruang tamu rumahnya disulap menjadi tempat galeri untuk memamerkan karya lukisan gedebok.
Belasan karya sudah terbingkai rapi mulai dari kaligrafi, elang memburu mangsa, terpasang apik di rumah bercat warna hijau itu.
Dia bercerita aktivitas melukis telah dilakoninya sejak tahun 2000. Namun, awalnya ia menggunakan media kanvas dan cat air.
“Kebetulan saya petani, juga memelihara ternak kambing. Jadi, muncullah ide membuat lukisan dari gedebok,” katanya.
Lukisan gedebok dibuat dengan membuat skesta lukisan di atas triplek. Selanjutnya, untuk pewarnaan tidak memakai cat, tapi diganti dengan daun dan batang pohon pisang.
“Gedebok dipotong-potong menggunakan cutter. Lalu ditempel mengikuti skesta yang ingin dilukis di atas papan triplek,” katanya.
Dalam sebulan, dia mengaku bisa menyelesaikan empat sampai lima karya. Namun, hal itu tidak bisa diprediksi karena jika saat panen akan berkurang waktunya untuk melukis.
Satu karya lukisan berbahan gedebok itu dijual rata-rata senilai Rp2 juta. Hasil karyanya itu telah dijual ke berbagai kota di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, hingga Surabaya.
Disinggung mengenai ketersediaan bahan baku, ia mengakui tidak ada masalah karena bahan baku banyak tersedia di sekitar rumah. Meski demikian, kendala utama yang dihadapi adalah pemasaran.
“Belum bisa secara luas, tapi sekarang sudah dibantu dari Dinas Perdagangan Gunungkidul masuk di webnya, semoga bisa semakin meluas pemasarannya,” katanya.
Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul, Kelik Yuniantoro, mengatakan terus berupaya membantu usaha warga untuk mengenalkan produknya melalui laman UMKM Gunungkidul.
“Tidak hanya untuk promosi, tapi juga sudah ada aplikasi belanja produk lokal,” katanya.
Kelik berharap dengan layanan khusus UMKM bisa meningkatkan penjualan pelaku usaha di Bumi Handayani.
“Tujuan utama tetap untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat,” katanya.