regional
Langganan

Asal-Usul Congyang Semarang, Jamu Tradisional yang Malah Dibuat Mabuk - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Adhik Kurniawan  - Espos.id Jateng  -  Jumat, 24 Juni 2022 - 15:23 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi miras khas Semarang, Congyang. (Instagram)

Esposin, SEMARANG — Congyang merupakan salah satu minuman tradisional yang sangat terkenal di Semarang, Jawa Tengah. Minuman tersebut belakangan dianggap sebagai minuman keras alias miras. Padahal, asal-usul minuman ini sangatlah panjang.

Pada dasarnya, congyang adalah jamu tradisional yang berkhasiat menghangatkan badan dan mengobati masuk angin. Tetapi, sejak tahun 2000-an, minuman ini justru diteguk untuk mabuk-mabukan, seperti ciu bekonang.

Advertisement

Hal itu dijelaskan Pengamat Sejarah dari Fakulas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Semarang (Unnes), Prof Wasino. Dia menyebut fenomena tersebut mulai terjadi saat perkembangan penduduk makin besar dan waktu orang tua kepada anak mulai berkurang.

“Kalau dulu, miras saat zaman kerajaan menunjukan minumun raja, kemudian berkembang menjadi minuman hight class. Tapi sekarang, jadi ajang kebanggan, biar gantle, sangar dan mencari jati diri. Yaitu merasa bangga, hebat apabila minum itu [Congyang], terus sebaliknya kalau tidak berani minum,” terang Wasino kepada Esposin, Rabu (22/6/2022).

Pergeseran fenomena tersebut, jelas Wasino, berdasarkan kaca matanya dalam melihat fenomena remaja yang saat ini membentuk komunitas tersendiri.

Advertisement

 

Selain itu, dibuktikan tindakan aparat saat mengamankan sejumlah remaja yang ternyata melakukan tindakan melawan hukum dalam pengaruh miras, termasuk Cognyang Semarang.

“Seringnya sekarang, beda lagi pemaknaanya, berkaitan dengan anak gangster, dugal dan sebagainya. Untuk sejumlah remaja malah bergeser kesitu, sebagai ajang kegengsian, biar sangat, terusbmembentuk kelompok,” jelas dia.

Asal-Usul Congyang Semarang

Sebagai informasi, Congnyang atau sering disebut Ceye ini, lahir dari tangan dingin Koh Tiong di bilangan Wotgandul, kawasan Pecinan Semarang, sejak 1980 silam. Minuman fermentasi tradisional ini, menjadi legenda di tengah kehidupan masyarakat kota.
Advertisement

Mirip seperti whisky, congyang cocok ditenggak saat cuaca dingin. Ketika dicoba, rasa congyang manis di awal dan kecut di ujung.

 

Perpaduan rasa ini merupakan efek dari fermentasi beras yang menjadi bahan utamanya. Sampai di perut, minuman ini terasa menghangatkan tubuh.

“Kemudian di barat, budaya minum-minum ini bagian untuk penghangat saat musim dingin. Sementara kita, minum pada saat musim panas, ini bisa meningkatkan twkanan darah, kerusakan jantung kalau minumnya tidak dikadar atau ditakar,” tutup dia.

Advertisement
Chelin Indra Sushmita - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif