by Imam Yuda Saputra - Espos.id Jateng - Rabu, 2 Agustus 2023 - 13:45 WIB
Esposin, SEMARANG - Tour de Borobudur, event balap sepeda tahunan akan kembali digelar pada Sabtu-Minggu (5-6/8/2023) nanti. Event ini tidak hanya menyajikan konvoi sepeda mahal di jalur pedesaan, tapi juga mengangkat aspek sosial bagi masyarakat Jawa Tengah (Jateng).
Wakil Koordinator Penelitian Tour de Borobudur dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Billy Castyana, mengatakan aspek sosial menjadi salah satu indikator keunikan Tour de Borobudur, seperti yang terlihat pada gelaran tahun 2022 lalu. Kala itu, Tour de Borobudur atau TdB, menjadi wadah sosial melalui kerja sama dengan anak-anak berkebutuhan khusus, sekolah, hingg sosial.
Sisi kemanusiaan yang diangkat mengajak masyarakat dan peserta untuk melihat aspek lain melalui event ini. "Dan itu mendorong sisi kemanusiaan dari masing-masing peserta untuk melihat bahwa ternyata Tour de Borobudur tidak hanya mementingkan sisi bisnis dan event yang sukses. Tapi, bagaiman berkontribusi kepada masyarakat secara nyata," kata Billy dalam keterangan tertulis yang diterima Esposin, Selasa (1/8/2023).
Billy menambahkan, dalam penelitiannya, keterlibatan seluruh pihak terasa lebih kental. Utamanya keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung ajang Tour de Borobudur. Tentu karena keterlibatan pemerintah sangat signifikan pada aspek penyiapan lokasi, pengamanan, hingga pelayanan administrasi.
Billy menambahkan, dalam penelitiannya, keterlibatan seluruh pihak terasa lebih kental. Utamanya keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung ajang Tour de Borobudur. Tentu karena keterlibatan pemerintah sangat signifikan pada aspek penyiapan lokasi, pengamanan, hingga pelayanan administrasi.
Menurutnya, pemerintah daerah memandang Tour de Borobudur menyimpan potensi besar di sektor ekonomi dan promosi pariwisata. Berdasar laporannya, salah satu fokus pemerintah daerah adalah menyediakan tempat bagi UMKM lokal untuk turut terlibat dalam event balap sepeda tersebut.
"Sehingga ada multiplier efek yang bisa didapatkan oleh pemerintah dan masyarakat melalui, Tour De Borobudur baik itu secara ekonomi atau promosi agar peningkatan pariwisata terjadi," imbuhnya.
Berbeda dari lari maraton yang saat ini hanya berkisar 5 kilometer hingga 10 kilometer saja atau cukup digelar di satu kota, Tour de Borobudur digelar di beberapa daerah sehingga memiliki potensi wisata yang besar.
Meski dinilai sudah nyaris sempurna, Billy memberikan sedikit catatan. Dia berharap panitia Tour de Borobudur lebih getol melibatkan masyarakat untuk menjadi volunteer atau sukarelawan.
Dengan begitu, masyarakat punya semangat berkontribusi, dan mendapatkan pengalaman berbagi, berinteraksi dengan para peserta. Selain itu, dia juga menyarankan adanya event-event pendamping selama TDB digelar.
"Harapannya bisa lebih luas lagi bisa membawa keterlibatan masyarakat untuk volunteerism, meningkatkan social impact dari Tour de Borobudur," tandasnya.
Sekadar informasi, Tour de Borobudur merupakan event balap sepeda yang sudah digelar sejak tahun 2000-an. Acara ini digelar dengan mengusung konsep sport tourism, di mana peserta tidak hanya dituntut berkompetisi tapi juga menikmati potensi wisata di Jateng. Balapan juga digelar dengan melewati sejumlah destinasi wisata seperti Kelenteng Sam Poo Kong di Semarang, Gua Kreo, Gunung Merapi, dan Danau Rawa Pening.