by Redaksi - Espos.id Jogja - Sabtu, 18 Januari 2014 - 09:03 WIB
Haka Astana menjelaskan sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan alat bukti untuk menangkap pelaku pelempar molotov Gamping. Tetapi indikasi pelemparan itu diprediksi karena meningkatkan suhu politik kawasan itu terutama jelang pemilihan kepala desa (Pilkades).
Haka tidak bisa memperkirakan siapa dalang di balik pelemparan molotov Gamping sebelum ada saksi dan alat bukti. Karena bisa jadi, kata dia, teror berkepanjangan itu dilakukan orang yang berbeda seperti misalnya orang nebeng atau ikut-ikutan meneror korban yang disasarnya meski tidak saling berhubungan dengan teror sebelumnya.
"Kami tidak bisa mengira-ngira sebelum ada fakta hukum dari saksi-saksi dan bukti yang kita kumpulkan," ujarnya di Mapolda DIY, Jumat (17/1/2014).
Ia menambahkan, masih kesulitan mencari saksi terkait kasus molotov Gamping karena saat kejadian tidak ada saksi yang melihat langsung. Kejadian saat malam hari baru diketahui pagi hari. Selain itu tidak ada korban yang bersedia melaporkan secara resmi ke aparat kepolisian. "Berbeda dengan misalnya ada yang melihat orang membeli premium dan memasukan ke botol kemudian melempar, kami bisa melacaknya," kata dia.
Karena itu, Haka menyatakan pihaknya akan melakukan tindakan pencegahan. Ia menarget paling tidak hingga tanggal 16 Februari 2014 mendatang tidak ada teror molotov lagi. "Paling tidak sampai tanggal 16 [pemilihan kades] saya targetkan tidak ada. Patroli setiap jam dilakukan," terangnya.
Haka berpendapat molotov Gamping bukan teror namun perbuatan pidana. Karena kata teror itu terkesan menakut-nakuti masyarakat. (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)