regional
Langganan

KULINER KULONPROGO : Mencicipi Tahu Kenyal Nan Gurih dari Wonobroto - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Sekar Langit Nariswari Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Sabtu, 10 September 2016 - 18:20 WIB

ESPOS.ID - Produksi tahu di Dusun Wonobroto, Tuksono, Sentolo menjadi salahs atu daerah dengan jumlah produsen terbanyak di kawasan Kulonprogo. Tahu dari daerah ini dikenal karena rasanya yang tidak asam dan teksturnya yang kenyal, Senin(5/9/2016). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Kuliner Kulonprogo di Sentolo berusaha tahu.

Harianregional.com, KULONPROGO -- Dusun Wonobroto, Tuksono, Sentolo dikenal sebagai sentra produksi tahu di kawasan Kulonprogo. Berbeda dari biasanya, tahu putih ini dijamin kenyal dan bebas dari rasa asam.

Advertisement

Terdapat sekitar 108 produsen tahu putih yang ada di dusun ini. Setiap produsen paling tidak menggunakan 500 kilogram hingga 1 kuintal kedelai untuk memproduksi tahu setiap harinya. Ponimin, Ketua Kelompok Tahu Murni mengatakan bahwa dengan bahan baku sekitar 5 kilogram kedelai maka akan bisa didaptkan 169 buah tahu dengan ukuran standar. “

Itu tahu dengan cetakan berukuran 13x13,”jelasnya kepada Harianregional.com, Senin (5/9/2016) lalu.

Advertisement

Itu tahu dengan cetakan berukuran 13x13,”jelasnya kepada Harianregional.com, Senin (5/9/2016) lalu.

[gallery size="medium" ids="751964,751963,751962"]

Tahu diproduksi dengan membersihkan, menghaluskan dan memasak kedelai yang telah dipilih. Setelah dirasa cukup matang, kedelai kemudian disaring dan dimasukkan ke cetakan. Ponimin mengatakan bahwa rasa yang kenyal dan tidak asam dikarenakan air kecutan yang menjadi biang dari pembuatan tahu. Air kecutan tersebut tidak boleh digunakan lebih dari 2 hari. Bahkan ada sejumlah produsen tahu yang mengganti air kecutan tahunya setiap hari.

Advertisement

“Akan lebih baik jika dimasak dan disantap segar,”ujarnya. Menurutnya, tidak ada kendala berarti dalam produksi tahu kecuali ketersediaan air bersih ketika musim kemarau.

Belum Masuk Pasar Modern

 

Advertisement

Tahu-tahu tersebut dipasarkan ke berbagai pasar di DIY salah satunya Pasar Pakem, Condong Catur, dan Imogiri. Para produsen menjual tahunya dengan harga berkisar Rp300-Rp600 per buah. Meski sudah mengantongi label halal namun tahu asal Wonobroto ini belum mampu bersaing untuk masuk ke pasar-pasar modern.

Meski sudah pernah mencoba menjual tahu tersebut di pasar modern, Ponimin menyebutkan bahwa sistem titip yang diterapkan membuat produsen kesulitan modal. “Setelah dititip beberapa hari baru bisa kami ambil uang hasil penjualannya,”ujar Ponimin. Padahal, karena tingginya persaingan membuat tahu tersebut tidak selalu laku seluruhnya. Modal yang terbatas membuat para produsen tahu lebih memilih memasarkan tahunya dengan sistem dibayar di muka.

Panut Hadi Santoso, Kepala Desa Tuksono mengatakan bahwa ampas sisa produksi tahu juga dimanfaatkan untuk memberi makan ternak. Kebanyakan produsen memang baru sebatas memproduksi tahu putih dan sebagian kecilnya menjualnya dalam bentuk tahu goreng. Namun, sejumlah produsen juga menerima pesanan olahan tahu lainnya meski tidak rutin dilakukan.

Advertisement

Sejumlah remaja yang tergabung dalam kelompok karang taruna desa ini juga telah mencoba mengembangkan sejumlah olahan tahu untuk dijadikan oleh-oleh khas. Sampai saat ini sudah dikembangkan sekitar 25 sampai 30 macam jenis olahan tahu salah satunya keripik tahu.

“Masih kita kembangkan terus supaya bisa jadi oleh-oleh khas,”ujarnya.

Advertisement
Mediani Dyah Natalia - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif