by Imam Yuda S. Jibi Semarangpos.com - Espos.id Regional - Selasa, 14 November 2017 - 00:50 WIB
Semarangpos.com, SEMARANG – Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) kembali mengukir prestasi. Kali ini, prestasi diraih mahasiswa kampus di Tembalang, Semarang, itu dalam Kompetisi Jembatan Indonesia Ke-13 di Politeknik Negeri Malang, Jawa Timur (Jatim), akhir pekan lalu.
Dalam kompetisi yang diselenggarakan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) itu, Polines menurunkan mahasiswa jurusan Teknik Sipil yang tergabung dalam tim Busur Sipondra. Tim yang beranggotakan Ahmad Rifa’i sebagai ketua dengan anggota Dwika Ramadhan dan Muhammad Irfanda serta dosen pembimbing, Triwardaya, itu berhasil meraih juara kedua dalam Kategori Jembatan Busur dengan karya berjudul Nattaya Irgiya.
Direktur Polines, Ir. Supriyadi, M.T., menyambut gembira prestasi yang diraih mahasiswa kampusnya. Terlebih lagi, prestasi itu menambah daftar juara yang diraih mahasiswa kampus di kawasan Tembalang itu di pengujung 2017.
“Terus berprestasi dan pertahankan prestasi. Pertahankan prestasi dengan melakukan kaderisasi yang baik bagi anggota tim dan berbagi pengalaman dengan tim selanjutnya,” tutur Supriyadi dalam siaran pers yang diterima Semarangpos.com dari Humas Polines, Senin (13/11/2017).
Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Polines, Rustono, menyebutkan dalam Kontes Jembatan Indonesia Ke-13 itu ada dua tim dari Polines yang lolos ke putaran final. Selain tim Busur Sipondra, Polines juga diwakili tim Kamandika yang tampil di Kategori Jembatan Canai Dingin dengan karya Candhabirawa Bridge.
Sayang, dari dua tim yang tampil itu hanya satu yang berhasil menyabet juara. Kendati demikian, hal itu cukup membuat Polines puas karena hanya mereka satu-satunya kampus di Semarang dan Jateng yang mengirimkan wakilnya di putaran final Kompetisi Jembatan Indonesia.
“Kami bersyukur satu tim lolos sebagai juara,” ujar Rustono.
Sementara itu, Ahmad Rifai selaku Ketua Busur Sipondra, bersyukur timnya bisa meraih juara kedua. Mereka tampil sebagai juara kedua setelah kalah bersaing dengan tim dari Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang dan mengungguli tim dari Universitas Indonesia (UI) Jakarta.
“Kami bersyukur bisa membawa pulang gelar juara. Persaingan di kompetisi itu sangat ketat,” ujar Rifai.
Dalam lomba itu, setiap tim yang tampil diharuskan membuat model jembatan bentang panjang atau yang populer dikenal dengan sebutan jembatan busur. Jembatan Busur yang dikompetisikan berupa purwarupa dengan bentang 132 meter dan lebar 7 meter.
Model jembatan merupakan representasi yang dibuat lebih kecil dari ukuran sebenarnya dengan skala 1:100 yang terbuat dari rotan dan tripleks atau kombinasi dari material. Dalam kompetisi ini fator yang dinilai juri adalah kriteria penilaian didasarkan atas unsur kekokohan, keindiahan, dan kesesuaian antara implementasi dengan rancangan awal.