by Bernadheta Dian Saraswati Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Kamis, 4 Februari 2016 - 15:21 WIB
Harianregional.com, SLEMAN-Tingginya harga jagung membuat sejumlah peternak ayam beralih pasokan pakan yang lebih murah. Beberapa peternak terpaksa mendatangkan pakan dari pabrik untuk menghemat ongkos produksi.
Pemilik peternakan ayam petelur Bintang Farm Hardi Suyono mengatakan, saat harga jagung hanya kisaran Rp2.800-Rp3.500 per kg, ia biasa membuat pakan sendiri. Dalam sehari ia memproduksi 5 ton pakan untuk 40.000 ekor ayam. Pakan tersebut terbuat dari 50% jagung dan sisanya bekatul serta konsentrat.
Saat harga jagung melambung hingga Rp7.000 per kg seperti sekarang, ia lebih memilih mendatangkan pakan dari Purwodadi.
“Kalau saat harga jagung tinggi seperti ini, harga pakan pabrikan sama harga pakan kalau kita giling sendiri itu hampir sama. Maka kita pilih beli pabrik saja. Tapi kalau jagung murah ya kita bikin sendiri,” kata peternak yang memiliki kandang di Dusun Ngebo, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman ini, Rabu (3/2).
Harga pakan dari pabrik itu ia beli seharga Rp5.500 per kg. Ia terpaksa mendatangkan pakan pabrikan karena penyuplai jagung langganannya kehabisan stok. Biasanya Hardi membeli jagung dari Klaten, Sleman, Gunungkidul, dan Boyolali. Saat harga tinggi seperti ini, pemasok dari daerah-daerah tersebut beralasan stok jagung kosong.
Menurutnya, penyebab kekosongan pasokan di daerah tersebut disebabkan pabrik pakan yang ikut menyerap jagung lokal. Biasanya jagung lokal dimanfaatkan oleh para peternak skala kecil. Pabrik terpaksa membeli jagung lokal karena stok jagung impor langka di pasaran.
“Kalau sudah langka seperti ini, kita beli di pabrik pun juga dibatasi,” ujar dia saat ditemui di ruang kerjanya.
Menurutnya kenaikan harga jagung saat ini tidak wajar karena kenaikan harga sampai 100%. Hal ini membuatnya kebingungan untuk menentukan harga telur.