regional
Langganan

DAERAH TERTINGGAL PONOROGO : Inilah Cerita di Balik Desa Keterbelakangan Mental Terbanyak di Indonesia - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Aries Susanto Jibi Solopos  - Espos.id Regional  -  Rabu, 7 Januari 2015 - 17:05 WIB

ESPOS.ID - Warga Ponorogo, Jatim sampai saat ini masih banyak yang menderita down syndrom akibat jerat kemiskinan. (dok.Solopos/JIBI)

Daerah tertinggal Ponorogo memiliki akar sejarah sejak puluhan tahun silam.

Madiunpos.com, PONOROGO—Ada banyak versi yang menjelaskan tentang asal muasal desa idiot, sebuah julukan untuk desa di Ponorogo yang memiliki jumlah penduduk berkebutuhan khusus terbanyak di Indonesia.

Advertisement

Salah satu versi yang terkenal ialah yang disepakati oleh warga Karangpatihan dan Pandak, Kecamatan Balong.

Menurut kisah warga setempat, kisah kelainan mental itu bermula pada 1963 hingga 1967 silam. Konon, saat itu dua desa tersebut terserang hama tikus yang menyerang selama empat tahun.

Kondisi tersebut benar-benar membuat warga setempat benar-benar kesusahan mendapatkan makanan.

Advertisement

Seluruh hasil bumi menjadi rusak dan warga gagal panen. Lokasi desa yang terpencil dan minimnya akses membuat warga tidak memiliki banyak pilihan makanan. Pada sisi yang lain, saat itu banyak ibu rumah tangga yang tengah mengandung anak.

Kondisi inilah yang membuat ibu-ibu hamil kekurangan gizi. Akibatnya, bayi-bayi Karangpatihan menjadi tumbuh tidak normal.

Jumlahnya semakin banyak karena hama tersebut menyerang selama empat tahun. Warga semakin menderita karena tanah di kawasan tersebut bersifat tadah hujan.

Advertisement

Artinya hanya bisa ditanami sekali dalam setahun. Sebagaimana diketahui, Ponorogo memiliki sejumlah desa yang jumlah penduduk berkebutuhan khususnya mencapai ratusan jiwa.

Gara-gara inilah, banyak orang menyebut daerah tersebut dengan sebutan kampung idiot. Desa tersebut ialah Desa Sidoharjo, Kecamatan Jambon, Desa Karangpatihan, dan Desa Pendak Kecamatan Balong.

Advertisement
Aries Susanto - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif