regional
Langganan

Curhatan Perajin Batik Kota Lunpia: Motif Semarangan Belum Disukai Anak Muda

by Fitroh Nurikhsan  - Espos.id Jateng  -  Rabu, 2 Oktober 2024 - 22:27 WIB

ESPOS.ID - Potret salah satu pengrajin di Kampung Batik Semarang tengah memandu masyarakat yang tertarik belajar membatik di Metro Park View Hotel. Rabu (2/10/2024) (Esposin/FitrohNurikhsan)

Esposin, SEMARANG — Tak hanya Pekalongan, Solo atau Yogyakarta yang terkenal punya ciri khas atau identitas motif kain batik yang sudah melegenda. Kota Semarang punya motif kain batik yang diproduksi para perajin.

Bahkan ibu kota Jawa Tengah tersebut memiliki sentra Kampung Batik yang terletak di Jalan Batik Nomor 698A, Kelurahan Rejomulyo, Kecamatan Semarang Timur. Lantas yang jadi pertanyaan seperti apa eksistensi batik Semarangan saat ini?

Advertisement

Salah satu pelopor perajin di Kampung Batik Semarang, Siti Afifah, mengakui eksistensi motif batik Semarangan memang belum terlalu populer. Branding batik Semarang masih ketinggalan jauh dengan kota-kota batik seperti Pekalongan, Solo dan Yogyakarta.

“Kampung Batik saja [mungkin] banyak orang Semarang yang belum tahu sebetulnya,” kata perempuan yang karib disapa Siti ketika Esposin mengunjunginya di Metro Park Viem Hotel Kota Semarang, Rabu (2/10/2024).

Advertisement

Motif Semarangan, kata Siti sebetulnya punya ciri khas yang unik. Namun motif batik Semarangan memang memiliki perbedaan mencolok jika disandingkan dengan daerah lain yang menjadi sentra batik di tanah air.

“Kalau corak batik Semarangan cukup banyak. Ada motif Lawang Sewu, Parang Tugu Muda, Semar Asem, Warak Ngendok dan lain-lainnya. Tapi yang menjadi ciri khasnya itu Semar Asem,” paparnya.

Advertisement

Lebih lanjut, dia membeberkan alasan batik Semarangan belum terlalu terkenal dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya karena adanya persaingan yang tidak sehat dengan penjualan batik printing dan tekstil impor dari China.

Siti menyebut masuknya tekstil impor dari China menjadi ancaman bagi perajin batik seperti dirinya. Sebab pabrik-pabrik tekstil dengan mudah menjiplak motif batik Semarangan.

“Mereka dari potongan atau motifnya bakalan lebih rapi karena pakai mesin. Kalau nyanting-kan pasti ada tumpah-tumpahannya. Lalu dari segi harga lebih terjangkau ketimbang batik canting,” ungkapnya.

Kendati begitu, dia mengaku bersyukur Pemkot Semarang memasukan kurikulum membatik di sekolah-sekolahan. Selain itu ada sebagian sekolahan yang mengenakan motif Semarangan sebagai seragam.

“Di hari batik ini harapannya semoga masyarakat lebih mencintai batik Semarangan dan jangan terpaku membeli batik printing. Memang dari harga lebih murah tapi secara kualitas jelas berbeda,” tukasnya.

Advertisement
Imam Yuda Saputra - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif