by Arief Junianto Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Rabu, 26 April 2017 - 05:20 WIB
Harianregional.com, BANTUL-Praktik penambangan batu dan pasir uruk di kawasan Dusun Kradenan Srimulyo, Piyungan dikeluhkan warga pemilik lahan di sekitarnya.
Sejumlah warga pemilik lahan mengeluhkan banyaknya batu-batu besar hasil penambangan yang berguguran ke lahan milik mereka yang lokasinya berhimpitan dengan area penambangan.
Akibatnya, para pemilik lahan yang diperkirakan berjumlah sekitar 5 orang itu memastikan kerugian material yang tidak sedikit lantaran banyak tunas pohon jati dan sengon milik mereka yang patah dan mati tertimbun batu.
Memang, dari pantauan Harianregional.com di lokasi, terlihat lebih dari 10 buah batu berdiameter lebih dari 2 meter tampak berserakan di sekitar pekarangan milik warga. Batu-batu itu nampak menimpa beberapa batang pohon jati dan sengon muda.
Sugi, salah satu warga pemilik lahan mengaku, guguran batu besar itu tampak berserakan di lahannya. Ia mengaku, guguran itu sudah terjadi sejak sebulan terakhir.
“Penambangan itu sendiri sebenarnya sudah beroperasi sejak 2-3 tahun lalu. Tapi kalau guguran batunya memang baru sebulan terakhir,” katanya.
Bapak dua anak itu mengaku, sejak awal, pihaknya memang tak pernah mendapatkan sosialisasi apapun dari pihak operator tambang. Diakuinya, sosialisasi hanya dilakukan kepada warga yang terkena dampak akses jalan saja.
Sedangkan bagi warga Kradenan yang memiliki lahan di sekitar area penambangan, diakui Sugi, komunikasi yang terjadi sejauh ini masih sebatas tawar menawar harga tanah saja. Kepada pihak penambang, pihaknya memang mematok harga jual lahan minimal sebesar Rp120.000 per meter persegi.
“Tapi pihak penambang mintanya Rp80.000 per meter persegi. Mungkin itulah yang membuat sampai sekarang pembebasan lahan menjadi tidak jelas,” katanya.
Oleh karena itulah, pihaknya kini merasa terganggu banyaknya batu besar yang berguguran ke arah lahannya. Ia berharap kepada pihak terkait, termasuk di antaranya Kepala Dusun Kradenan untuk segera mengomunikasikan keluhan warga itu kepada pihak penambang.
“Karena jujur saja, kami tidak tahu harus melapor pada siapa. Kami kesulitan jika harus menghubungi langsung pihak penambang,” katanya.