by Abdul Jalil - Espos.id Regional - Kamis, 10 Maret 2022 - 09:35 WIB
Esposin, MADIUN — Kelangkaan minyak goreng yang terjadi beberapa bulan terakhir ternyata dimanfaatkan para distributor nakal untuk meraup untung.
Ada sebagian distributor yang mengharuskan pedagang di Pasar Besar Madiun untuk membeli minyak goreng dengan sistem bundling atau sistem paket.
Cara seperti ini dianggap merugikan pedagang karena mereka harus mengeluarkan modal lebih untuk mendapatkan minyak goreng yang akan dijual kepada masyarakat. Padahal barang yang di-bundling tidak terlalu dibutuhkan oleh pedagang.
Seorang pedagang di Pasar Besar Madiun, Budi Hermin, mengatakan sejak minyak goreng sulit didapat, sebagian distributor minyak goreng menerapkan sistem bundling. Untuk mendapatkan lima karton minyak goreng, ia harus membeli lima kilogram biji kopi goreng.
Seorang pedagang di Pasar Besar Madiun, Budi Hermin, mengatakan sejak minyak goreng sulit didapat, sebagian distributor minyak goreng menerapkan sistem bundling. Untuk mendapatkan lima karton minyak goreng, ia harus membeli lima kilogram biji kopi goreng.
Baca Juga: Strategi Pemkot Solo soal Minyak Goreng: Operasi Pasar dan Awasi Harga
“Jadi, kalau mau ambil lima karton minyak goreng, harus beli lima kilogram kopi goreng. Kalau tidak mau ambil kopi gorengnya, distributor tidak akan memberikan minyak goreng itu. Ya mau tidak mau ya harus membeli sistem bundling itu,” jelas dia saat ditemui di kiosnya, Selasa (8/3/2022).
Dengan harga kulakan yang sudah tinggi, ia mengaku terpaksa menjual dengan harga Rp17.000 per kemasan. Karena ia juga harus berhitung dengan biaya kuli angkut dan barang bundling yang terpaksa dibelinya.
Menurut dia, barang bundling yang dijual paket dengan minyak goreng itu pun sebenarnya kurang diminati. Sehingga barang tersebut bisa terjual dengan waktu cukup lama.
“Kayak kopi goreng itu kan muternya lama kan. Tapi kami harus membelinya. Kita seolah jadi kulinya [distributor] untuk menjualkan barang tersebut, yang kemungkinan itu tidak terlalu laku atau stok barang tersebut banyak,” terang dia.
Baca Juga: Warga Bulu Sukoharjo Digelontor 1.500 Liter Minyak Goreng Murah
Menurutnya, operasi pasar minyak goreng yang dilakukan pemerintah dalam beberapa waktu lalu tidak begitu berdampak pada kondisi pasar. Karena setelah barang dari operasi pasar itu habis, pedagang akan tetap menjual minyak goreng dari distributor dengan harga yang di atas HET.
“Untuk operasi pasar itu kan dibatasi ya. Padahal Pasar Besar ini kan pasar induk ya. Kalau kemarin stoknya habis, kan minyak goreng jadi langka lagi. Ambil dari distributor harganya juga sudah tinggi,” jelas dia.
Baca Juga: Pusat Kuliner Madiun Berkonsep Kereta Ditarget Rampung 3 Bulan
Dia mengusulkan kalau memang serius menangani kelangkaan ini, operasi pasar minyak goreng bisa dilakukan secara terus menerus. Sehingga barang yang dijual pedagang bisa ditekan sesuai aturan pemerintah.
“Kemarin saya dapat lima karton minyak goreng dari operasi pasar. Itu sehari sudah habis, diborong sama pedagang gorengan atau makanan. Habis itu ya sudah tidak jual lagi,” kata Budi.
Pedagang lain, Jumawan, menyampaikan saat ini harga jual minyak goreng kemasan senilai Rp20.000 per liter. Sedangkan untuk minyak goreng curah dihargai senilai Rp23.000 per 1 kg. “Kalau barang yang dari operasi pasar kemarin sudah habis,” jelas dia.