by Abdul Jalil - Espos.id Regional - Senin, 9 Agustus 2021 - 09:38 WIB
Esposin, MADIUN -- Perilaku masyarakat, dalam hal ini warga Kota Madiun, Jawa Timur, ternyata berubah akibat pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun.
Untuk merekam perubahan perilaku masyarakat itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun melakukan Survei Perilaku Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19 (SPMPMPC-19).
Survei dilakukan BPS Kota Madiun selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Seperti diketahui, pada awal Juli 2021, pemerintah mengambil kebijakan itu untuk menekan angka kasus Covid-19 yang mengalami peningkatan.
Baca juga: Penculikan Pengusaha Jakarta Terbongkar di Madiun, Ini Kata Saksi
Baca juga: Penculikan Pengusaha Jakarta Terbongkar di Madiun, Ini Kata Saksi
“Dalam survei ini responden sebanyak 1.666 warga Kota Madiun. Survei ini menggunakan rancangan non-probability sampling disebarkan secara berantai,” kata Kepala BPS Kota Madiun, Dwi Yuhenny, Senin (9/8/2021).
Survei yang dilakukan dalam tempo waktu mulai tanggal 13 hingga 20 Juli 2021 merekam perubahan-perubahan perilaku masyarakat di Kota Madiun, khususnya selama masa survei berlangsung. Jika pada awal pandemi corona banyak masyarakat yang abai terhadap protokol kesehatan, untuk saat ini sudah ada perubahan perilaku.
Baca juga: Viral Langit Terbelah di Pacitan, Ini Penjelasan BMKG
Para responden juga menunjukkan selama PPKM Darurat berlangsung, mereka mengurangi mobilitas di luar rumah sebanyak 84,63%, menjaga sirkuliasi udara 89,98%, menjaga etika batuk sebanyak 83,91%, dan meningkatkan imunitas sebanyak 92,50%.
Selama masa pandemi Covid-19, sebanyak 34,09% masyarakat Kota Madiun tidak pernah melakukan tes Covid-19, 22,51% pernah melakukan tes Covid-19 sekali, dan 43,40% melakukan tes Covid-19 lebih dari sekali.
Sedangkan untuk alat transportasi yang digunakan selama masa PPKM Darurat bagi responden yang melakukan perjalanan yakni dengan sepeda motor 86,24%, mobil 38,67%, kereta api 1,78%, angkutan umum online 1,30%.
PPKM Darurat membuat aktivitas masyarakat di dalam rumah lebih banyak. Mayoritas responden menganggap hal itu sebagai hal yang biasa saja yakni 38,1%. Sedangkan 34,2% dari total responden mengaku sangat jenuh dan 23,7% mengaku sangat jenuh.
Baca juga: 3 Tahun Dua Bocah Madiun Curian Uang Panti Asuhan, Terungkap saat Pelaku Daftar Perguruan Silat
Perasaan emosi responden selama sepekan terakhir dalam masa PPKM Darurat mengaku biasa saja, bagi responden laki-laki sebanyak 67,3% dan responden perempuan 63,2%. Menjadi sering cemas, responden laki-laki 20,3% dan responden perempuan 27,5%. Memiliki rasa takut berlebihan, responden laki-laki 4,2% dan responden perempuan 3,3%.
Sedangkan bantuan yang diharapkan responden saat pembatasan mobilitas yakni bantuan sembako 47,24%, bantuan obat dan pengawasan kesehatan 39,74%, bantuan uang tunai 35,83%, penyediaan internet dna sambungan gratis 30,73%.
Baca juga: Pemkot Madiun Bantu Anak Yatim Piatu Korban Covid-19, Mulai Biaya Pendidikan hingga Pekerjaan
Melihat kondisi itu, sebagian besar responden merasa tidak suka dan memberi teguran yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dalam hal mematuhi protokol kesehatan.
“Dalam hal vaksinasi, responden yang telah divaksin mengaku atas kesadaran pribadi untuk menjaga kesehatan. Untuk responden yang belum divaksin, alasan paling dominan adalah menunggu kesempatan, meskipun ada responden yang takut efek samping dan efektivitas vaksin,” jelas dia.
PPKM terbukti efektif membatasi kegiatan masyarakat. Dwi mengatakan selama PPKM kesulitan terbesar yang dialami responden adalah mendapatkan alat-alat kesehatan. Meski demikian, ketercukupan terhadap kebutuhan sembako masih menjadi harapan tertinggi jika PPKM diperpanjang.