Esposin, SEMARANG — Warga Wonolopo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, membangkitkan kembali tradisi kuno membersihkan sendang belik dan menangkap ikan lele untuk menyambut Satu Sura.
Ketua Panitia, Muhamad Subhan, mengatakan tradisi menyambut Satu Sura di kampungnya baru digelar kembali tiga tahun terakhir. Tradisi membersihkan sendang dan menangkap lele sempat ditinggalkan warga selama puluhan tahun.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
“Dulu ada cerita selepas mengurus sendang belik [sebelum 1 Sura] ada tokoh masyarakat yang bisa memanggil ikan lele ajaib untuk dibawa pulang,” kata lelaki yang akrab disapa Subhan kepada Esposin, Sabtu (6/7/2024).
Cerita menarik di masa lalu itu kemudian diangkat kembali oleh pemuda setempat. Lalu dijadikan tradisi tahunan menjelang 1 Sura.
Subhan mengungkapkan untuk tahun ini panitia menyediakan 70 kilogram ikan lele. Ikan tersebut dilepas di area persawahan untuk diperebutkan puluhan warga. “Kegiatan ini bisa dibilang pra-festival, karena besok acara puncaknya kita mengadakan Festival Sobo Roworejo ke-3,” imbuhnya.
Tradisi kuno yang sengaja dibangkitkan kembali sebetulnya untuk menumbuhkan kepedulian anak-anak muda agar mau merawat dan menjaga keberlangsungan sumber mata air di Sendang Belik.
Sejarah Sendang Belik
Ketua Kampung Tematik Ranting Pelangi, Mulyono mengatakan Sendang Belik merupakan peninggalan Wali Sanga. Dulu setiap Satu Sura warga setempat rutin membersihkan sendang tersebut.Sekitar medio 1970-1981, Sendang Belik dirawat seorang juru kunci bernama Mbah Subandi. Uniknya, sehabis bersih-bersih jelang Satu Sura, Mbah Subandi bisa memanggil ikan lele ajib di Sendang Belik.
Padahal sendang tersebut hanya sebuah sumber mata air yang tidak pernah kekeringan serta tidak ada satu ekor ikan yang hidup di sana. “Ceritanya Mbah Subandi ini dulu bisa memanggil ikan lele dengan berdoa. Semua warga yang datang pasti dapat ikan lelenya,” imbuhnya.
Ketika Mbah Subandi meninggal dunia, tradisi jelang Satu Sura itu mulai ditinggalkan karena tidak ada penerus sang juru kunci. Beruntung, tiga tahun terakhir ada sekelompok pemuda yang kembali menghidupkan tradisi kuno tersebut.
Keberadaan Sendang Belik sendiri sejauh ini sangat membantu kebutuhan air bersih warga setempat. Pasalnya setiap musim kemarau Kampung Wonolopo sering kali dilanda kekeringan.
“Tahun kemarin pas musim kemarau panjang kampung kita kekeringan. Banyak warga yang ambil air di sendang untuk keperluan mencuci dan mandi,” tukasnya.