by Arief Junianto Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Sabtu, 7 November 2015 - 11:20 WIB
Pengangguran Bantul diprediksi akan meningka
t.Harianregional.com, BANTUL-Selama tiga tahun terakhir, jumlah pengangguran di Bantul mengalami penurunan. Situasi tersebut berbanding terbalik pada 2015.
Hal itu diutarakan oleh Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Program Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul Irna Hermawati. Saat ditemui di kantornya, Jumat (6/11/2015) siang, melemahnya perekonomian global membuat banyak perusahaan kehilangan order hingga akhirnya secara perlahan mengalami kolaps.
Jika memang prediksi itu benar-benar terjadi, maka, tahun 2015 ini adalah momentum terpuruknya iklim usaha sekaligus ketenagakerjaan di Indonesia, tak terkecuali di Bantul. Terlebih jika hal itu dibandingkan dengan angka pengangguran di Bantul selama tiga tahun terakhir.
Jika memang prediksi itu benar-benar terjadi, maka, tahun 2015 ini adalah momentum terpuruknya iklim usaha sekaligus ketenagakerjaan di Indonesia, tak terkecuali di Bantul. Terlebih jika hal itu dibandingkan dengan angka pengangguran di Bantul selama tiga tahun terakhir.
Selama tiga tahun terakhir, angka pengangguran di Bantul terus menurun. Di tahun 2012, angka pengangguran hanya sekitar 5,3% dari angkatan kerja. Sedangkan di tahun 2013, angka pengangguran menurun jadi 5,03% dari angkatan kerja. “Bahkan di tahun 2014 lalu, angka pengangguran turun lagi menjadi 4,3% dari angkatan kerja,” kata Irna.(detail lihat grafis)
Ditambahkannya, prediksi itu kian mendekati kenyataan setelah pihak Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengatakan persentase tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia bulan Agustus 2015 mencapai 6,18 persen dari angkatan kerja. Jumlah lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2014 silam.
Karena itulah, ia menegaskan peningkatan angka pengangguran itu lebih disebabkan oleh terpuruknya perekonomian, baik di tingkat nasional maupun global. Sementara faktor-faktor lokal seperti misalnya ketidaksesuaian antara bidang keahlian yang dimiliki pekerja dengan yang dibutuhkan penyedia kerja, tak begitu berpengaruh.
Pasalnya, ia mengklaim, sejak awal pihak Disnakertrans Bantul sudah menyiasatinya dengan pengoptimalan kinerja Balai Latihan Kerja. Hanya saja, ia tak menampik, keterbatasan jumlah instruktur menyebabkan pihaknya tak bisa merangkul keseluruhan angkatan kerja. “Menurut saya, [peningkatan] pengangguran itu lebih banyak disebabkan karena PHK akibat melemahnya perekonomian nasional dan global,” ucapnya.
Hal itu dibenarkan oleh Irawan Wijiyanto, salah satu pelaku Usaha Kecil Mikro, dan Menengah (UMKM) di Bantul. Pengusaha asal Sewon itu mengakui, terpuruknya perekonomian memang membuat banyak pengusaha gulung tikar. Kalaupun masih bertahan, ia yakin banyak pengusaha yang bertahan itu melakukan pengurangan tenaga kerja untuk menjaga efisiensi bisnis mereka.
“Saat ini, kami tak punya banyak pilihan,” katanya.
Bahkan, ia sendiri pun terpaksa melakukannya. Sejak dua bulan terakhir, ia mengaku sudah melakukan efisiensi tersebut. Hanya saja, dirinya belum sampai pada tahap melakukan pengurangan tenaga kerja. “Saya hanya mengurangi jam kerja saja, karena memang order sudah banyak berkurang,” tegas pengusaha kuliner ini.
Jumlah pengangguran di Bantul tiga tahun terakhir
2012 jumlah: 28.075 orang persentase: 5,3%
2013 jumlah:26.188 orang persentase: 5,03%
2014 jumlah: 22.188 orang persentase: 4,3%
Jumlah total angkatan kerja (2014): 524.148 orang Jumlah penduduk usia kerja (2014): 760.582 orang